Oleh : Floriska Shalsabillah
Mahasiswa Magister Ilmu Politik Universitas Diponegoro
Berita tentang konflik politik antara PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama) dan DPP PKB (Partai Kebangkitan Bangsa) belakangan ini ramai di permukaan. Ketua PBNU Gus Yahya Cholil Stoquf sempat mengkritik arah PKB yang dianggap “menyimpang” dari sejarah NU, bahkan merencanakan pembentukan tim khusus (Tim Lima) untuk “merebut kembali” PKB ke pangkuan NU. Isu ini memuncak ketika isu Panitia Khusus (Pansus) Haji 2024 menjadi bola panas – Gus Yahya menyatakan Pansus dibentuk untuk menjerat elite NU, sementara sejumlah anggota DPR membantah tuduhan tersebut. Wakil Presiden Ma’ruf Amin meminta perselisihan itu “segera disudahi”, menyebut pertikaian kedua lembaga yang tugasnya berbeda itu “aneh” jika terus berlanjut. PBNU sendiri menyatakan bahwa gejolak ini bermula dari kegelisahan sejumlah pengurus PBNU yang merasa PKB telah “menyepelekan” NU dengan pernyataan yang tidak pantas.
Riwayat Ketegangan di Tingkat Pusat
PKB didirikan pada 1998 atas amanat tokoh-tokoh NU dan sejak itu menjadi ujung tombak politik warga nahdliyin. Namun hubungan NU–PKB tak selalu mulus. Sejumlah tokoh NU senior bahkan menyatakan kedua lembaga itu telah “tidak ada hubungan apa pun”. Persoalan memuncak kembali ketika pengurus PBNU era Yahya Cholil Staquf beranggapan PKB sudah menyimpang dari semangat pendirian partai, lalu merencanakan pengajuan pansus atau “Tim Lima” untuk meluruskan sejarah PKB. Ketua PBNU Gus Yahya sempat mengendus adanya kepentingan politik dalam pembentukan Pansus Haji 2024, yang membuat Wakil Presiden Ma’ruf Amin turun tangan mendamaikan. Pengurus PBNU menilai bahwa beberapa pernyataan elit PKB merendahkan NU, sehingga konflik di tingkat pusat sulit dihindari.
Di kalangan publik muncul kekhawatiran: akankah perseteruan elit ini menggoyang dukungan tradisional NU untuk PKB di daerah? Kabupaten Pekalongan menjadi sorotan utama karena merupakan basis kuat pendukung NU dan PKB. Pada Pemilu 2019 misalnya, PKB meraih 15 kursi di DPRD Pekalongan (naik dari 12 pada 2014), menunjukkan krusialnya kohesi DPC PKB–PCNU dalam menjaga basis suara partai ini. Andai ketegangan pusat tidak dikelola, dukungan warga nahdliyin terhadap PKB memang berpotensi tergerus dan memengaruhi hasil Pemilu 2024.
Respons Tokoh Lokal PKB dan NU di Pekalongan
Menjawab kekhawatiran tersebut, para tokoh PKB dan NU di Pekalongan menegaskan bahwa konflik elit di Jakarta tidak berpengaruh di tingkat daerah. Ketua DPC PKB Pekalongan Asip Kholbihi menyatakan bahwa “ketegangan politik antara DPP PKB dan PBNU…tidak membawa dampak apapun pada hubungan DPC PKB dan PCNU di Kabupaten Pekalongan”. Ia bahkan menunjukkan sikap positif kolega NU lokal: munculnya beberapa calon legislatif daerah dari kalangan PCNU menjadi bukti sinergi politik kedua lembaga di tingkat kecamatan dan desa. Pernyataan senada disampaikan Ketua Fraksi PKB, Jahirin, yang mencatat bahwa kunjungannya ke berbagai pelosok menunjukkan “tidak ada yang bermusuhan” antar tokoh PKB dan NU setempat.
Wakil Ketua DPC PKB, H. Abdul Munir, menekankan harmoni hubungan lokal. Ia mengungkapkan bahwa kemenangan PKB dalam Pileg 2024 di Pekalongan adalah buah hasil kebersamaan dengan warga nahdliyin: “Kami segenap pengurus DPC PKB…menunjukkan adanya hubungan yang sinergi dan harmonis di antara keduanya”. Dari pihak lain, H. Masyur (Wakil Ketua DPC PKB) mengakui perasaan kecewa melihat riak nasional, tetapi menyoroti kenyataan bahwa PKB tetap sebagai pemenang pemilu dengan perolehan suara terbanyak. Menurutnya, fakta itu adalah bukti nyata bahwa “hubungan antara DPC PKB dengan PCNU di Kabupaten Pekalongan baik-baik saja” dan kabar-kabar ketegangan di pusat “tidak memberikan dampak apapun kepada hubungan partai PKB dengan warga nahdliyin di tingkat daerah”.
Tokoh NU lokal juga menegaskan solidaritas mereka pada PKB. Rais Syuriah PCNU Pekalongan, KH. Baihaqi Anwar, menyatakan secara terbuka dukungan penuh bagi DPC PKB di Pemilu 2024. Ia bahkan mengatakan berterima kasih karena hasil kontestasi itu memberikan kemenangan dan kepercayaan rakyat kepada PKB. Ketua Tanfidziyah PCNU KH. Muslikh Khudlori menambahkan bahwa hubungan kedua institusi di Pekalongan “sedang harmonis-harmonisnya”, yang tampak dari keberhasilan PKB meraup suara terbanyak pada Pileg lalu. Tokoh NU perempuan, seperti Ketua Fatayat Jariyah dan Ketua Muslimat Niscrochah, juga menyiratkan hal sama: mereka menilai konflik elit ibarat drama politis yang tidak sampai menggoyang arena lokal. Niscrochah menyatakan, “kami warga nahdliyin…tidak merasa terganggu… kami tetap bersatu padu dan bersinergi demi memenangkan perolehan suara DPC PKB di Kabupaten Pekalongan”. Kata Jariyah: “sampai saat ini [hubungan PKB–PCNU] baik-baik saja…tidak ada pengaruh dari ketegangan politik di elit terhadap ketegangan politik di daerah”.
- Para tokoh PKB lokal menekankan menjaga nama baik partai dan menghormati mayoritas warga NU di pekalongan. Mereka menghimbau pendukung dan warga nahdliyin untuk mengutamakan kebersamaan, menghindari berita bohong, dan tetap solid membangun kemenangan PKB.
- Tokoh PCNU juga fokus mendukung strategi pemenangan. Rais Syuriah Baihaqi menegaskan memberi “dukungan penuh” bagi PKB dalam kontestasi legislatif, karena kemenangan partai itu dianggap amanah rakyat. Ketua Tanfidziyah Muslikh pun mengatakan pihaknya cukup membangun hubungan harmonis dengan PKB dan tetap fokus pada pemenangan, agar PKB “tetap jaya dan menjadi pemenang” di Pekalongan.
Strategi Pemenangan Pemilu Legislatif 2024
Penegasan tokoh lokal itu sejalan dengan strategi pemenangan yang diusung DPC PKB Pekalongan. Seluruh kader bersama elemen PCNU bekerja “bersinergi dan bahu-membahu” meraih kemenangan. Mereka menyiapkan daftar calon legislatif melalui Lembaga Pemenangan Pemilu bersama unsur DPW dan Dewan Syuro, memastikan keterwakilan tokoh NU dalam daftar caleg PKB. Program rapat koordinasi, konsolidasi PAC, sosialisasi visi-misi, hingga bantuan sosial (food bank) digelar bersama untuk merajut dukungan massa. Hasilnya, DPC PKB meraup suara terbanyak di semua tingkat, yang tak lepas dari basis massa NU. Abdul Munir mengakui kemenangan ini berkat dukungan warga nahdliyin yang solid di bawah naungan PCNU. Sementara itu, Ketua Muslimat Niscrochah melihat kemenangan itu sebagai bukti nyata sinergi: “Partai PKB berhasil lolos dan menjadi pemenang… tidak lepas dari harmonisasi hubungan antara DPC PKB dengan PCNU”.
Secara khusus, strategi itu memang mengandalkan kepercayaan warga NU setempat. Baik pengurus PKB maupun PCNU berpandangan kader Nahdliyin selalu mendukung “partai kebanggaan” mereka. Niscrochah menegaskan, konflik Pusat hanyalah “masalah ego pribadi”, sedangkan di daerah warga NU tetap memberi suara penuh kepada PKB karena partai tersebut “lahir dari NU”. Inti strategi pemenangan DPC PKB adalah memperkuat persatuan Nahdliyin: menjadikan tokoh PCNU sebagai duta partai, merangkul struktur ranting, dan memastikan warga NU mendapat peran dalam pemenangan. Poin ini ditegaskan juga oleh Wapres Ma’ruf Amin yang meminta kedua belah pihak segera meredakan ketegangan agar soliditas NU dalam politik tidak tergerus.