BATANG - Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Dapil Jawa Tengah, Abdul Kholik, menyebut kesenjangan sosial ekonomi masih menjadi permasalahan serius yang dipecahkan bersama, termasuk di Jawa Tengah. Karena itu, ia juga meminta para alumni perguruan tinggi negeri bisa turun tangan membantu mengatasi kesenjangan ini.
Abdul Kholik yang juga Ketua Ikatan Keluarga Alumni Universitas Jenderal Soedirman (IKA Unsoed) ini mengatakan, tren tingkat kesenjangan pendapatan di Jawa Tengah dalam beberapa tahun terakhir cenderung stagnan atau belum menunjukkan progres positif yang signifikan.
BACA JUGA:Tim SMAN 1 Cianjur Melangkah ke Grand Final Di AXIS Nation Cup 2025
Mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS), gini rasio Jawa Tengah pada semester I tahun 2025 (data per Maret 2025) tercatat 0,390 untuk perkotaan, 0,306 untuk perdesaan, sementara untuk gini rasio perkotaan-perdesaan sebesar 0,359. Angka ini memang mengalami penurunan dibanding data September 2024 yang tercatat 0,364, namun penurunannya dinilai Abdul Kholik amat lambat.
"Artinya tingkat kesenjangannya cenderung stuck di angka 0,3 sekian dalam beberapa tahun. Ini butuh percepatan, sehingga intervensi dari seluruh stakeholder penting untuk didorong, termasuk organisasi alumni perguruan tinggi untuk turun tangan memberikan kontribusinya bagi percepatan penurunan kesenjangan ekonomi ini," ujar sang senator saat diskusi ringan dengan sejumlah alumni Unsoed di Pasekaran Batang, Sabtu (13/9/2025).
Terkait bentuk kontribusi yang bisa dimainkan organisasi alumni, Abdul Kholik menyebut program prioritas yang tengah dijalankan Presiden Prabowo saat ini cukup ideal untuk dimaksimalkan pelaksanaannya di lapangan.
"Saya sudah lima tahun menjadi anggota DPD, tetapi baru Agustus kemarin cukup tergetar saat mendengarkan pidato kenegaraan Presiden Prabowo di sidang tahunan MPR. Saya menangkap semangat yang kuat dari Presiden untuk mengatasi kemiskinan dan pengangguran, ya mengatasi kesenjangan," terangnya.
BACA JUGA:Tak Hanya Lomba Lari, Batang Run 2025 Jadi Ajang Pamer Potensi Wisata
Kholik pun mencontohkan program Sekolah Rakyat yang menurutnya membawa semangat yang bagus untuk memberikan akses pendidikan bagi mereka yang marginal.
"Misal anak pemulung ini siapa yang mau mengurusi sekolahnya, kalau nggak mereka banyak yang DO (Drop Out). Jadi sekolah rakyat ini harapannya menyasar anak-anak seperti mereka, harapannya bisa memutus mata rantai kemiskinan," jelasnya.
Pun dengan program pembentukan 80.000 Koperasi Merah Putih, yang ditargetkan bisa membantu masyarakat desa mengakses komoditas pokok dan penting dengan harga terjangkau.
"Sementara di pertanian, swasembada pangan terus didorong, tidak hanya beras tetapi juga komoditas seperti jagung. Bulog juga terus diperkuat untuk bisa menyerap maksimal hasil panen. Tahun 2026, Bulog digelontor 22 triliun untuk menyerap gabah petani," jelasnya.
Kholik menilai program-program prioritas tersebut memiliki konsep yang bagus untuk mempercepat pengentasan kemiskinan dan menurunkan angka kesenjangan. Karena itu, semua pihak bisa membantu memaksimalkan pelaksanaannya agar tak banyak terjadi penyimpangan dari target awalnya.
"Maka Keluarga Alumni Unsoed juga mendorong para alumni untuk bisa ikut ambil bagian mensukseskan program-program ini di lapangan. Banyak alumni kita yang concern di pertanian, koperasi maupun pendidikan, jadi ini peluang untuk membantu negara, membantu rakyat dari problem kemiskinan, pengangguran, dari masalah kesenjangan," urainya.
Saat ini IKA Unsoed juga terus mengonsolidasikan diri dengan mempercepat proses strukturisasi organisasi di daerah-daerah. Kholik berharap, kehadiran IKA Unsoed di daerah, termasuk Pekalongan Raya akan mampu memberikan kontribusi dalam membantu mengatasi berbagai permasalahan bangsa. (sef)