BATANG – Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Batang menegaskan komitmennya menjaga warisan budaya lokal melalui pelestarian batik, khususnya Batik Rifaiyah yang kini terancam punah. Komitmen itu disampaikan bertepatan dengan peringatan Hari Batik Nasional, Kamis 2 Oktober 2025.
Ketua Dekranasda Batang, Faelasufa Faiz Kurniawan, mengatakan kegiatan pengukuhan pengurus Dekranasda sekaligus penyerahan hadiah lomba batik menjadi momentum untuk menguatkan kembali akar budaya masyarakat.
“Dekranasda sudah terbentuk sejak Juni, tetapi baru dikukuhkan hari ini. Saya ingin pengukuhan ini tidak sekadar seremonial, melainkan bertepatan dengan peringatan Hari Batik Nasional sekaligus pemberian apresiasi kepada pemenang lomba,” kata Faelasufa.
Faelasufa menambahkan, salah satu tantangan besar dalam pelestarian batik Batang adalah semakin berkurangnya jumlah motif, terutama Batik Rifaiyah. Dari 24 motif asli, kini hanya tersisa 16 motif karena minimnya generasi penerus.
BACA JUGA:Lantik 6 Pejabat Administrator, Bupati Batang Wajibkan Tiap OPD Punya 5 Agenda Prioritas
“Alasan utamanya adalah faktor ekonomi. Membatik dianggap tidak menarik, sehingga saat pengrajinnya meninggal, motif ikut hilang,” ujarnya.
Untuk mengantisipasi hal itu, Dekranasda Batang menggelar lomba desain dan mewarnai batik bagi pelajar tingkat SD hingga SMA. Selama dua pekan, lomba tersebut berhasil menghimpun 231 karya.
Menurut Faelasufa, kegiatan ini sekaligus menjadi strategi membangun kepercayaan diri generasi muda agar tertarik mengembangkan batik.
“Kalau anak-anak sering diikutkan lomba, mereka akan punya pengalaman berhasil yang menumbuhkan rasa percaya diri, bahwa mereka bisa,” tuturnya.
Ia berharap talenta lokal tidak hanya menjadi pemasok bagi daerah lain, melainkan mampu berkembang melalui industri batik di Batang sendiri.
Sementara itu, Bupati Batang, M Faiz Kurniawan, menekankan bahwa seni dan kerajinan merupakan pilar penting dalam pembangunan daerah. Menurutnya, pertumbuhan industri dan kawasan ekonomi khusus (KEK) harus berjalan seiring dengan penguatan budaya.
“Batang harus tumbuh sebagai kota jasa yang berdiri di atas nilai budaya. Tujuan kita adalah menjadikan Batang bukan hanya daerah transit, tetapi destinasi wisata,” kata Bupati Faiz.
Bupati menegaskan, keberadaan Batik Rifaiyah, batik warna alam, serta kerajinan lainnya akan menjadi tonggak kultural yang menopang ekonomi kreatif Batang.
Untuk itu, ia menilai sinergi antara pemerintah, Bank Indonesia, swasta, dan masyarakat sangat diperlukan agar batik Batang dapat menembus pasar nasional hingga internasional.