“Rasulullah SAW memberi contoh beragam dalam ibadah. Maka tidak sepantasnya kita saling menyalahkan hanya karena perbedaan cara. Semua memiliki dalil dan dasar. Yang penting adalah saling menghargai,” terangnya.
Beliau juga menegaskan bahwa hadroh yang ditampilkan di awal acara merupakan wujud budaya Islam yang mampu menyatukan umat.
“Hadroh itu bukan sekadar seni, tapi media dakwah yang menumbuhkan semangat ibadah dan kebersamaan. Ini bukti bahwa budaya bisa jadi sarana mempererat umat,” ujarnya disambut tepuk tangan hadirin.
Dalam penutupannya, Prof. Syam’ani mengajak seluruh jamaah untuk menjauhi permusuhan dan menanamkan semangat persaudaraan.
“NU dan Muhammadiyah itu sahabat. Jika ada yang mencoba memisahkan keduanya, berarti dia sedang mengikuti bisikan setan. Mari kita kuatkan kebersamaan demi Islam yang rahmatan lil ‘alamin,” tandasnya.
Kegiatan diakhiri dengan doa bersama memohon keberkahan dan kerukunan bagi umat serta bangsa Indonesia. Momen ini menjadi bukti nyata bahwa harmoni dan persatuan umat Islam dapat terwujud melalui semangat saling menghormati dan bekerja sama lintas organisasi.