KAJEN, RADARPEKALONGAN.CO.ID – Upaya pengembangan ekowisata berbasis edukasi dan konservasi kembali digencarkan melalui Focus Group Discussion (FGD) yang digelar di Desa Mulyorejo, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan, Sabtu, 22 November 2025.
Kegiatan ini menjadi bagian dari rangkaian program peningkatan kualitas pengawasan pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah oleh Komisi B DPRD Provinsi Jawa Tengah.
FGD dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan, mulai dari Anggota Komisi B DPRD Jateng Harun Abdul Khafidz, Cabang Dinas Kehutanan Wilayah IV, Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Pekalongan, Pemerintah Desa Mulyorejo, KTH Benawa Sekar, Asosiasi Duta Wisata Pekalongan, Forum OSIS Pekalongan, hingga masyarakat setempat.
FGD dimoderatori oleh Eko Prasetyo dari Cabang Dinas Kehutanan Wilayah IV.
Dalam pemaparannya, Harun Abdul Khafidz menjelaskan, Komisi B sedang merancang Peraturan Daerah tentang Rehabilitasi Lahan Kritis di Jawa Tengah.
Perda tersebut bertujuan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup, mencegah penurunan kualitas lingkungan, serta mewujudkan pembangunan berkelanjutan.
"Hutan mangrove yang menjadi karakteristik utama wilayah Desa Mulyorejo ini harus dilestarikan," tandasnya.
Dalam FGD itu muncul sejumlah usulan pengembangan ekowisata mangrove Mulyorejo. Diantaranya, penguatan kolaborasi pentahelix dalam pengelolaan ekowisata, pelaksanaan kegiatan ekoprint dan ekoenzim sebagai daya tarik dan edukasi lingkungan, dan publikasi ekowisata melalui berbagai kanal, termasuk media sosial.
Selanjutnya, perbaikan akses jalan dari jalur pantura menuju lokasi ekowisata, dan penyelenggaraan event kebudayaan untuk menarik minat pengunjung.
Menanggapi aspirasi tersebut, narasumber menjelaskan sejumlah alternatif solusi. Untuk perbaikan akses, dibahas kemungkinan pemanfaatan jalur tanggul sebagai rute alternatif, meski perlu koordinasi dengan wilayah Desa Pecakaran.
Solusi lain adalah penyediaan motor roda tiga modifikasi sebagai sarana mobilitas pengunjung.
Kegiatan ekoprint disebut telah berjalan melalui produksi batik cap berbahan alam, sedangkan kegiatan ekoenzim dapat dikembangkan bekerja sama dengan bank sampah Desa Mulyorejo.
Untuk publikasi, peserta didorong merancang konten kreatif yang siap disebar di berbagai platform media sosial.
FGD ditutup dengan harapan bahwa sinergi multi pihak dapat mempercepat pengembangan ekowisata Mulyorejo sebagai destinasi edukasi dan konservasi yang berkelanjutan.