Transaksi di Pekan Raya Kajen 2019 Dominan Dilakukan Secara Tunai

Kamis 12-09-2019,12:55 WIB

PERS KONFERENCE - Penyelenggara Pekan Raya Kajen 2019 menggelar konferensi pers di media centre PRK 2019, kemarin. Hadi Waluyo

KAJEN - Pekan Raya Kajen (PRK) 2019 di Alun-alun Kota Kajen, Kabupaten Pekalongan setiap harinya rata-rata dikunjungi 25 ribu masyarakat. Namun sebagian besar transaksi yang ada di PRK masih menggunakan uang tunai, sedangkan transaksi dengan uang elektronik atau Brizzi BRI masih relatif kecil.

Demikian disampaikan Event Director PRK 2019 Satria Yanuar Akbar, dalam jumpa pers di media centre PRK 2019, Rabu (11/9) siang. Pers conference ini di antaranya dihadiri oleh perwakilan OPD, budayawan, paguyuban PKL, paguyuban pasar tiban, jajaran aparat keamanan baik dari Polres Pekalongan maupun Kodim 0710 Pekalongan, wartawan, dan LSM.

Satria mengatakan, dari hasil rekap pengunjung di dua pintu masuk utama dalam tiga hari kemarin rata-rata tercatat ada 17 ribu lebih pengunjung hingga 21 ribu lebih pengunjung setiap harinya. Jumlah pengunjung itu belum termasuk masyarakat yang masuk melalui jalur belakang yang masih terbuka, dan para pelajar yang datang di pagi hari. Pasalnya, showtime PRK sendiri mulai dibuka sejak pukul 14.00 WIB.

"Untuk transaksi Brizzi masih sangat minim. Hari pertama sekitar Rp 5,8 juta, hari kedua Rp 4,6 juta, dan di hari ketiga Rp 4,8 juta," terang dia.

Diakuinya, pengunjung PRK masih banyak yang melakukan transaksi dengan uang tunai. Menurutnya, ada satu wahana saja di arena taman ria mendapatkan transaksi Rp 8 juta dalam satu harinya, namun ada juga yang low transaksi yakni sekitar Rp 1,4 juta dalam seharinya. "Memang masih banyak yang menggunakan uang tunai," katanya.

Pihak BRI sendiri mengaku terus memberikan edukasi kepada para pengunjung PRK untuk melakukan transaksi dengan uang elektronik atau Brizzi. "Transaksi dengan uang elektronik Brizzi ini lebih aman, dan mudah terecord. Kami akan terus mengenalkan kepada masyarakat transaksi keuangan ke online. Edukasi akan kami lakukan, jika semua transaksi tidak harus tunai," kata Agus, perwakilan dari BRI.

Sementara itu, Roby, salah satu tokoh pemuda di Kabupaten Pekalongan yang ikut dalam perjalanan Kajen Expo hingga saat ini menjadi PRK menyatakan, orang yang berani melaksanakan PRK 2019 ini adalah 'orang gila', sebab dengan budget APBD yang ada ia mau dan mampu menyelenggarakan ajang PRK yang luar biasa. "Hanya 'orang gila' yang mampu. Saya berharap tahun depan membawa konsep ini ke Kabupaten Pekalongan, namun tanpa melupakan sosio kultur masyarakat di sini," ungkapnya.

Dikatakan, PRK merupakan event yang bisa mengangkat bahwa Kabupaten Pekalongan kondusif dan welcome dengan siapa pun. Namun ia menyarankan agar orang Kabupaten Pekalongan bisa dilibatkan.

Gus Eko, budayawan, menyatakan, keberadaan PRK sebagai tindak lanjut dari program pameran pembangunan, berubah menjadi Kajen Expo, dan saat ini menjadi Pekan Raya Kajen. Di PRK 2019, kata dia, ada konsep membangun perubahan cara berpikir. Oleh karena itu, PRK tidak hanya dimiliki oleh pemerintah, namun milik semua elemen, baik budayawan, pedagang, dan lainnya. "Ini sesuai dengan tema Hari Jadi sengkuyung membangun Kabupaten Pekalongan menjadi lebih baik," katanya.

Terkait dengan resistensi sosial yang ada, lanjut dia, ke depannya perlu sosialisasi mendalam. Sebab, masyarakat belum terbiasa dengan transaksi elektronik dan penataan yang ada di PRK 2019 ini.

"Kami melihat ada nilai baru, pemikiran baru, dan semangat baru. Semua bisa melihat ini niat baik untuk menjadikan Kabupaten Pekalongan menjadi lebih baik," ujar dia. (ap5)

Tags :
Kategori :

Terkait