Produk Transisi, Kiat Kenalkan Kopi Lokal Di Tengah Serbuan Kopi Susu Kekinian

Selasa 01-09-2020,11:30 WIB

KOTA - Pertumbuhan kedai kopi di wilayah Pekalongan yang kian ramai dalam beberapa tahun terakhir, dinilai baik untuk turut mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat. Dibangun dengan penataan interior sesuai selera generasi milenial, sebagian besar kedai yang ada juga mengandalkan produk berupa es kopi susu kekinian dengan berbagai variannya untuk disajikan kepada pelanggan.

Meski bagus dari sisi ekonomi, namun serbuan produk kopi susu kekinian dikhawatirkan dapat menggerus keberadaan 'kopi asli' yang biasanya disuguhkan dengan berbagai metode seduh manual. Padahal, Pekalongan juga memiliki kopi lokal yang kualitasnya dinilai cukup baik dan mampu bersaing dengan kopi lain, yakni Kopi Arabika Petungkriyono.

Karena termasuk jenis arabika, Kopi Petungkriyono juga lebih cocok disajikan dengan metode seduh manual agar dapat mengeksplorasi berbagai rasa di dalamnya. Sedangkan kopi susu kekinian, lebih banyak menggunakan jenis robusta maupun kopi campuran arabika-robusta sebagai bahan dasar pembuatan kopi susu kekinian.

"Kami ingin menyuarakan agar kopi lokal Pekalongan yaitu Arabika Petungkriyono bisa menjadi menu wajib setiap kedai kopi di Pekalongan. Kami ingin ada local pride atau kebanggan terhadap produk lokal," ungkap Founder OG Coffe, Syauqi, yang bertindak sebagai narasumber dalam kegiatan 'Coffe Talk' yang digelar dalam rangkaian acara grand opening OG Coffee, Sabtu (29/8/2020) lalu.

Untuk mengenalkan dan mempromosikan bahwa Arabika Petungkriyono adalah kopi yang enak, perlu diikuti dengan berbagai upaya lain agar kopi tersebut bisa diterima masyarakat. Salah satunya adalah bagaimana kedai kopi memiliki barista yang paham betul metode seduh manual sehingga Arabika Petungkriyono bisa disajikan dengan rasa yang sesuai.

"Sebagian besar barista, saat ini hanya berpatokan bisa membuat kopi susu saja. Ini bukannya tidak boleh. Tapi alangkah lebih baik jika mereka juga punya bekal pengetahuan dan ketrampilan membuat kopi seduh manual. Dengan begitu, kita bisa mempromosikan kopi lokal ini sebagai kopi yang bagus. Sehingga kita juga memiliki tugas bersama untuk menaikan skill dan value para barista," tambahnya.

Dengan mengenalkan Arabika Petungkriyono sebagai kopi yang enak, menurut Syauqi juga akan otomatis berpengaruh pada penghasilan para petani. Jika minat pada kopi tersebut meningkat, para petani juga dapat didorong untuk menghasilkan kopi yang lebih berkualitas dengan berbagai proses pascapanen. Jika alur tersebut bisa diwujudkan, akan ada keberlanjutan untuk mempromosikan kopi lokal sebagai kopi yang bagus sehingga dampaknya akan lebih luas.

"Pekalongan punya kopi yang bagus. Tapi perlu upaya bersama agar Arabika Petungkriyono ini dapat semakin dikenal luas sebagai kopi yang berkualitas," katanya dalam diskusi yang dipandu oleh Founder Sadean Kopi, Ahmad Jawahir.

Apa yang disampaikan Syauqi, diamini oleh Founder Oasis Coffee, Heru. Dia mengaku saat ini memiliki visi untuk mengangkat kopi lokal Arabika Petungkriyono. Namun senada dengan yang disampaikan Syauqi, perlu berbagai upaya untuk bersama mendorong Arabika Petungkriyono agar semakin dikenal.

"Yang pertama tentu SDM yakni dari petaninya sendiri. Saat ini petani masih berpatokan pada kuantitas bukan kualitas. Yaitu berfokus untuk memproduksi sebanyak-banyaknya kopi dan belum menyentuh peningkatan kualitas kopi. Di sini kami ingin mengawal para petani untuk bisa memproses kopi agar lebih berkualitas," tuturnya.

Selanjutnya yakni dari kemampuan para barista. Menurut Heru, di Pekalongan saat ini bisa saja tumbuh tiga kedai kopi setiap bulannya namun seberapa ampuh kualitas baristanya. Sehingga dia menginginkan adanya transfer ilmu dan regenerasi barista yang memiliki kemampuan lengkap. "Jangan sampai generasi manual brew hilang dan digilas kopi susu saja. Kita harus tingkatkan kemampuan dan value barista," tambah Heru.

Tantangan lainnya, yakni bagaimana cara mengenalkan kopi lokal sebagai kopi yang enak dan berkualitas kepada para pelanggan. Selain kualitas kopi yang bagus dari petani dan penyeduhan yang ciamik dari barista, Arabika Petungkriyono juga perlu terus menerus dikenalkan kepada masyarakat.

"Selain es kopi susu kekinian, masyarakat juga masih lekat dengan kopi sachet pabrikan yang sangat mudah diseduh dan rasanya sudah familiar. Perlu cara yang tepat untuk menggeser selera masyarakat dan meyakinkan mereka bahwa kopi lokal ini juga tak kalah enak. Yang ada dalam pikiran saya, kita harus menciptakan sebuah produk transisi," katanya.

Produk transisi yang dimaksud, adalah sebuah produk kopi yang dikemas dan dapat diseduh sama dengan kopi sachet pabrikan. "Misalnya Arabika Petungkriyono kita kemas dalam bentuk bubuk dengan kemasan sachet yang menarik tapi kualitas lebih baik. Jadi kita bisa masuk pada kebiasaan masyarakat yang tidak mau ribet yaitu hanya menyobek kopi sachet kemudian dituang air panas saja. Kita harus masuk di situ. Kita buat kopi sachet, tapi yang ada di dalamnya adalah kopi Arabika Petungkriyono," jelasnya.

Dengan begitu, kopi lokal bisa terus dikenalkan ke masyarakat dan kualitasnya juga akan semakin dapat dirasakan. Begitu juga di kedai-kedai kopi yang ditekankan agar juga menggunakan kopi lokal. "Dengan terus dikenalkan, ditingkatkan kualitasnya, kopi lokal akan semakin melekat dengan masyarakat dan dampaknya kopi lokal juga akan semakin terangkat," tandas Heru.(nul)

Tags :
Kategori :

Terkait