KOTA - Banjir rob yang terjadi di sebagian wilayah Kota Pekalongan terus meluas. Selain cakupan yang semakin lebar, ketinggian air kini juga semakin bertambah. Menurut prediksi BMKG Stasiun Meteorologi Maritim Kelas II Tanjung Emas, puncak maksimum pasang air laut di pesisir utara Jawa Tengah terjadi pada 1 Juni 2020 hingga 2 Juni 2020.
Sementara di wilayah Kota Pekalongan, banjir rob yang sudah terjadi selama sebulan terakhir juga terpantau mengalami puncaknya pada dua hari terakhir yakni pada Minggu (31/5/2020) dan Senin (1/6/2020). Banjir rob menggenangi hampir seluruh wilayah Pekalongan Utara, sebagian wilayah Pekalongan Barat dan bahkan meluas hingga ke wilayah Pekalongan Timur.
Tingginya gelombang laut juga terpantau terjadi di pesisir Pantai Pekalongan. Gelombang besar bahkan sudah limpas melewati tanggul. Banjir rob yang terjadi juga berdampak pada ketinggian permukaan sejumlah sungai di wilayah Pekalongan yakni Sungai Loji, Sungai Bremi dan Sungai Meduri, yang kemudian juga meluap ke pemukiman yang berada di bantaran sungai.
Dalam dua hari terakhir, BPBD Kota Pekalongan juga sudah melakukan evakuasi terhadap sejumlah warga yang berada di Perum Slamaran, Kelurahan Krapyak akibat ketinggian banjir rob yang sudah mencapai 60 sentimeter. "Malam ini kami ada sekitar 150an warga yang kami evakuasi. Untuk sementara kami tempatkan di Rusunawa Slamaran," terang Kepala Pelaksana Harian BPBD Kota Pekalongan, Saminta, Senin (1/6/2020).
Namun dikatakan Saminta, jumlah pengungsi juga masih fluktuatif mengingat puncak banjir rob sudah lewat yakni sekitar pukul 22.00. Meski demikian, pihaknya tetap waspada. "Pukul 23.00 sudah mulai surut tapi pelan. Sehingga kami meminta warga sekitar tetap waspada," tambahnya.
Saminta juga mengungkapkan bahwa pihaknya sudah menerima surat terkait peringatan dini terjadinya puncak pasang air laut. Terkait hal itu, dia menegaskan bahwa personil BPBD diminta untuk selalu siaga. "Fokus kami sementara ini untuk bergerak jika ada permintaan evakuasi dari masyarakat," katanya.(nul)