Punya Bank Sampah, Kelola Sampah Metode Komposter

Selasa 10-03-2020,12:05 WIB

*Dusun Tapak Timur Desa Kedunggading

RINTISAN - Punya bank sampah dan pengelolaan sampah dengan metode komposter, Dusun Tapak Timur, Desa Kedunggading, menjadi dusun rintisan Program Kampung Iklim (Proklim) bagi desa tersebut.

KENDAL - Dusun Tapak Timur, Desa Kedunggading, menjadi dusun rintisan Program Kampung Iklim (Proklim) bagi desa dengan luas wilayah ke tiga dari 12 desa yang ada di Kecamatan Ringinarum. Hal itu ditunjukanya dengan hadirnya Bank Sampah Budi Luhur dan pengelolaan sampah dengan metode komposter di dusun tersebut. Tak hanya itu, pemerintahan desa juga bertekad akan menjadikan desa sebagai kampung bebas plastik.

Kepala Desa Kedunggading, Budiono, mengatakan, persoalan sampah merupakan tanggung jawab bersama. Keberadaan bank sampah dan pengelolaan sampah dengan metode komposter ini bagian dari upaya mengurangi volume sampah di Kabupaten Kendal.

"Sisi lain bisa meningkatkan kepedulian masyarakat dan kualitas lingkungan hidup yang sehat dan bersih. Masyarakat juga punya nilai tambah. Sampah-sampah yang sudah dipilah-pilah dibeli oleh bank sampah. Untuk kardus Rp1.000 per Kg, plastik Rp1.500 per Kg, besi Rp2.600 per Kg dan botol Rp600 per Kg," katanya saat Launching Bank Sampah Budi Luhur dan Deklarasi Proklim di Dusun Tapak timur, Senin (9/3).

Kegiatan dihadiri Tim Proklim dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kendal. Selain warga, launching juga dihadiri oleh perwakilan dari pondok pesantren. Karena ponpes salah satu penyuplai sampah di Dusun Tapak Timur.

Budiono, mengungkapkan, banyak desa yang konsen begerak menangani sampah sampai detail tidak banyak. Saat ini, yang sudah berjalan bank sampah, termasuk ada pengelolaan sampahnya hanya sekedar dikumpulkan. Sehingga hal itu menumbulkan permasalahan lain. Namun bank sampah yang dikelola di Dusun Tapak Timur ini tidak demikian. Karena sifat pengelolaanya tak hanya bersifat mengumpulkan sampah dari warga, melainkan sampai pengelolaan sampah dengan metode komposter.

"Melihat postur anggaran desa tak bisa mengkover penuh. Desa punya program jimpitan, ember sampah tak kita sediakan dari dana desa. Nek semua dana desa, tak jalan, yang kita alokasikan dari dana desa klomposternya. Tiap RT kita droping dua komposternya. Semoga ada tambahan dari Dinas Lingkungan Hidup," ungkapnya.

Budiono, menyatakan, pengelolaan sampah melalui bank sampah dan sekaligus mengolahnya menjadi kompos ini bertujuan untuk membudayakan masyarakat peduli lingkungan dan untuk merubah pola pikir agar tidak membuang sampah sembarang tempat.

"Kita semua yang akan merasakan dampaknya soal sampah jika sampai dibuang sembarangan. Kita punya modal. Modalnya desa ini kekompakan, semoga terus terjaga. Semakin kita pupuk semakin bersemangat warganya peduli lingkungan," terangnya.

Kasi Pemeliharaan Lingkungan pada DLH Kendal, Siti Zaenun, mengatakan, kegiatan Proklim di DLH sinergi dengan kegiatan yang lain yang semua bermuara pada pembudayaan untuk menanamkan rasa cinta lingkungan kepada seluruh lapisan masyarakat. Ada Proklim dan juga adiwiyata. Untuk adiwiyata sasarannya adalah sekolah-sekolah. Upaya cinta lingkungan perlu ditananamkan sejak usia dini.

"Penananam cinta lingkungan dilakukan ke anak SD hingga SMA/SMK. Agar anak didik terbiasa mencintai llngkungan dan peduli," katanya. Pihak DLH mengapresiasi keberadaan bank sampah dan pengelolaan sampah dengan metode komposter ini. Pihaknya juga berharap pengelolaan sampah nantinya bisa lebih banyak sehingga meminimalisir tumpukan sampah yang dibuang. Sebab, masalah yang paling komplek saat ini antara lain soal sampah. Bank sampah yang ada ini salah satu upaya dari desa merupakan semangat yang luar biasa untuk tetap menjaga lingkungan.

"Syukur kalau sampah yang dibuang dari desa ini tidak ada. Sehingga yang ada di TPA tidak semakin tinggi gunungan sampahnya. Kalau kita mulai dari diri kita dan lingkungan juga dari desa maka akan banyak berperan bagi lingkungan kita," tandasnya. (lid)

Tags :
Kategori :

Terkait