WONOPRINGGO - Sekitar 5 ribu orang datang untuk melihat secara langsung festival 3000 nasi goreng. Sejak Pukul 18.30 WIB lapangan 407 sudah ramai oleh warga yang hendak memarkirkan kendaraanya sebelum menyaksikan festival tersebut di Desa Wonopringgo, Kecamatan Wonopringgo, Kabupaten Pekalongan, Selasa (20/8/2019) malam.
Festival nasi goreng sendiri pertama kali digelar pada 2017 lalu dengan jumlah sebanyak 1000 piring, kemudian pada tahun berikutnya naik menjadi 2 ribu. Sedangkan untuk tahun ini, pihak panitia menyediakan sebanyak 3 ribu porsi nasi goreng.
Asisten 1 Setda Kabupaten Pekalongan, Ali Riza mengatakan bahwa Pemkab Pekalongan sangat mengapresiasi kepada Pemerintah Desa Wonopringgo karena sudah sangat jeli mengidentifikasi potensi yang ada di desanya, berupa nasi goreng.
"Nasi goreng di Desa Wonopringgo tidak hanya sebagai branding desa saja, tetapi juga sebagai sumber pendapatan dari warga. Mengingat banyak warganya berjualan nasi goreng hingga menyebar ke beberapa wilayah di Kabupaten Pekalongan, bahkan sampai ada yang ke luar jawa," ujar Ali.
Bapak Bupati Pekalongan pernah menyampaikan bahwa setiap desa harus mampu mengelola sumber daya alamnya (SDA), sumber daya manusianya (SDM), dan sumber daya sosialnya (SDS). Sumber daya ini kalau dikelola dengan baik akan menjadi nilai tambah dalam mempercepat kesejahteraan masyarakatnya.
"Para pedagang nasi goreng telah menyumbang besar bagi kemajuan Desa Wonopringgo. Dan yang patut diapresiasi adalah, bahwa potensi itu bisa dijadikan dalam bentuk festival dan kampung nasi goreng," jelas Ali Reza.
Nasi goreng sendiri masuk kategorikan sumber daya sosial yang bernilai ekonomi, karena itu menjadi sumber pendapatan sebagian dari warga Desa Wonopringo. Kemudian dikemas sedemikian rupa sehingga memberikan nilai tambah untuk desa dan para pedagang itu sendiri.
Ini sebagai contoh jika desa bisa mengelola sumber daya yang ada dengan baik, akan meningkatkan kesejahteraan di desa itu sendiri. Desa lain dalam mengelola 3 sumber daya yang ada sangat menentukan kemajuan desa yang bersangkutan.
Kepala Desa Wonopringgo, Slamet Haryanto menjelaskan bahwa kegiatan ini diselenggarakan sebagai bentuk untuk mendukung program pemerintah pusat, yaitu OVOP (One Village One Product). Yaitu setiap desa harus memiliki minimal satu produk yang dapat diunggulkan.
Selain itu dari kementerian desa ada 4 program prioritas yaitu embung, BUMDes, Gedung Serbaguna atau Gedung Olahraga dan One Village One Product. Dari 4 program, 3 sudah diselesaikan oleh Pemdes Wonopringgo, cuma embung saja karena lokasi tidak memungkinkan.
"Nasi goreng ini merupakan bagian dari program OVOP, karena potensi di Desa Wonopringgo ini adalah Nasi Goreng," ucap Haryanto.
Dengan diadakannya festival akan mengangkat branding desa dan nasi goreng sehingga bisa meningkatkan taraf hidup masyarakat agar lebih baik. Acara festival ini akan didorong sebagai acara tahunan desa wonopringgo karena masyarakat juga sudah menyatu karena festival buatanya masyarakat.
"Panitia sudah menyiapkan 3000 piring, tetapi masih kurang bertambah sampai 4000 bahkan hampir 5000 piring," katanya.
Sementara itu, Kepala Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan, Muslih Hikmat menerangkan bahwa selalu mensupport event kegiatan di desa karena ada korelasi dengan program dengan Desa Sadar BPJS Ketenagakerjaan. Setiap tahun ada 3 wilayah yang dijadikan sebagai desa percontohan.
"Untuk kabupaten Pekalongan ada 3 desa yang dijadikan sosialiasi sebagai Desa Sasar BPJS Ketenagakerjaan yaitu, Desa Ketanonageng, Kedungjaran dan Wonopringgo," ujar Muslih.