KOTA - Namanya Suhartini, seorang janda dari warga Dukuh Bugisan, Kelurahan Panjang Wetan, Kecamatan Pekalongan Utara, Kota Pekalongan ini hidup seorang diri di sebuah rumah sederhana yang sudah lama terendam banjir. Ironisnya, dia bertaruh nyawa seorang diri karena tidak memiliki anak dan telah ditinggal meninggal suami beberapa tahun lalu. Ditambah keadaan fisiknya yang sudah lama menggunakan alat bantu jalan sebagai penopang tubuh rentanya.
Ketika ditemui di rumahnya, Suharti warga RT 02, RW 1 itu mengungkapkan dirinya pasrah dengan kondisi banjir yang merendam rumahnya, apalagi dirinya tidak bisa berbuat apa-apa karena kondisi fisik yang susah berjalan.
"Ini tiap hari air masuk, jam 3 malam air sudah langsung. Segini nih (lebih dari lutut), penuh air. Lagian saya itu kan dulu tidurnya di sini, kalau air besar ya harus naik ke atas meja. Anak ngga punya, suami sudah meninggal jadi tinggal sendiri," ungkapnya, baru-baru ini.
Dijelaskan Suharti, bahwa sudah 10 tahun lebih hidupnya dijalani seperti demikian. Ia hanya mengandalkan bantuan tetangga, warga, dan keluarganya.
"Sudah nda bisa dibetulin, jadi kondisi rumahnya ya begini. Dengan kondisi begini nda bisa jalan. Ya sehari-harian ya yang kasian, ada yang ngasih uang, ada yang ngasih jajan, ada yang ngasih nasi, ada juga adik yang datang ke sini ngasih," jelasnya.
Dia hanya takut jika ada binatang liar yang masuk ke rumahnya, apalagi dalam kondisi sendiri. "Kalau shalat subuh banjir, takutnya ada ular aja mba. Udah jalanya susah banjir terkadang licin pula," imbunnya.
Kendati penuh dengan keterbatasan, dirinya tetap semangat menjalani hidup setiap hari sambil berharap banjirnya bisa diatasi.
"Ya nda tau pengennya ya nda banjir lagi. Lemari-lemari pada hancur semua. Tapi yah kalau punya uang ya ditinggikan lantainya. Kalau kayak gini cuman bisa tunggu airnya surut sendiri, bis itu baru di bersihin sendiri ," urainya.
Di tempat yang sama, Sriyatun, selaku ibu RT 02 menjelaskan, kondisi yang semakin parah di lingkungan RT, dan berharap ada langkah cepat yang dilakukan pemerintah kota.
"Kondisinya ya semakin parah, belum ada upaya maksimal. Pak lurah sendiri sudah sering ke sini. Meski ada peninggian jalan utama juga jalan gang, namun dirasa malah ngebuat air gampang masuk rumah. Sebab jalan tinggi tapi rumah warga masih rendah alhasil air masuk semakin gampang," tuturnya.
Ia berharap akses jalan masuk bisa ditinggikan, namun juga rumah warga harus diperhatikan.
"Akses jalan masuk ke sini juga belum ditinggikan. Katanya mau disambung, danane sudah ada, tapi berhubung ada covid, ya ditunda dulu. Lah warga yang pengen cepat. Kalau pagi airnya sampai lutut. Syukur saja saluran masih berfungsi," tutupnya. (ap3)