Seratus Lebih Warga Mengungsi

Jumat 21-01-2022,12:00 WIB

*Banjir Kota Pekalongan

KOTA - Banjir kembali menggenangi sejumlah permukiman di Kota Pekalongan, Kamis (20/1/2022). Kondisi ini memaksa seratus orang lebih warga di beberapa kelurahan yang rumahnya terendam mengungsi ke lokasi yang lebih aman.

Sejak Rabu (19/1/2022) malam hingga hingga Kamis (20/1/2022) pagi, BPBD Kota Pekalongan melaporkan sudah ada 116 orang warga Kota Pekalongan yang mengungsi di sejumlah titik-titik pengungsian diantaranya Mushola Al-Hikmah Kelurahan Tirto sebanyak 29 jiwa, Mushola Baiturrohman Kelurahan Bendan Kergon 20 jiwa, SDI Baitussalam Pesindon Kelurahan Bendan Kergon sebanyak 9 jiwa, 49 jiwa mengungsi di Gedung Serbaguna Sampangan, Kelurahan Kauman, 9 jiwa mengungsi di Gedung Pemuda Pancasila Sampangan, Kelurahan Kauman.

Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kota Pekalongan Dimas Arga Yudha menjelaskan bahwa banjir kali ini selain disebabkan oleh hujan dengan intensitas sedang sejak Rabu petang hingga Kamis dini hari di Kota Pekalongan, juga karena hujan deras terjadi di wilayah hulu khususnya Sungai Loji yang menyebabkan kiriman air dari atas melimpas hingga menggenangi permukiman warga yang berada di bantaran sungai.

Permukiman yang tergenang banjir antara lain di Sampangan Gg 5, Kelurahan Kauman, Kecamatan Pekalongan Timur; wilayah Pesindon, Kelurahan Bendan Kergon, Kecamatan Pekalongan Barat; wilayah Kampung Bugisan, Kelurahan Panjang Wetan, Kecamatan Pekalongan Utara; Pasirsari Kelurahan Pasirkratonkramat; dan Kampung Baru, Kelurahan Tirto, Kecamatan Pekalongan Barat.

Dari dampak intensitas hujan yang terjadi di Kota Pekalongan, air juga masuk menggenangi drainase yang bermuara pada Sungai Bremi dan daya tampung sungai tersebut tidak muat. "Sehingga menyebabkan limpasan dan air menggenangi permukiman masyarakat Tirto dan Pasirsari, Kecamatan Pekalongan Barat," tutur Dimas.

Selain menggenangi rumah warga, tingginya volume air hujan itu juga menyebabkan beberapa jalan protokol dan jalan utama di Kota Pekalongan tergenang air dengan ketinggian variatif sekitar 10-40 cm diantaranya Jalan Merak, Jalan Kurinci, Jalan Bahagia, Jalan Samudera Pasai, Jalan Kusuma Bangsa, Jalan Belimbing, dan beberapa jalan lainnya.

Menurut Dimas, sejak pihaknya menerima informasi kebencanaan dan memprediksi peristiwa kebencanaan dimana sebelumnya sudah mengkomunikasikan kejadian ini kepada awak media dan masyarakat bahwa curah hujan itu naik dan ekstrem. Maka pihaknya bersama sejumlah Satgas BPBD berupaya melakukan penanganan kebencanaan khususnya dalam upaya evakuasi warga yang terdampak dan membutuhkan bantuan untuk diungsikan ke titik-titik lokasi pengungsian yang sudah disediakan.

Lebih lanjut, Dimas berpesan, mengingat puncak musim penghujan masih akan berlangsung, pihaknya berharap kepada masyarakat yang berada di bantaran sungai atau tinggal di wilayah yang rawan banjir untuk senantiasa meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan mulai dari lingkungan sekitar.

Juga memastikan saluran air yang berada di lingkungan rumah masing-masing agar dapat mengalir dengan lancar, tidak membuang sampah sembarangan, dan ikut berkontribusi sekecil apapun termasuk memperbaiki tanggul-tanggul yang bisa dilakukan secara mandiri maupun bergotong-royong untuk meminimalisir dampak kebencanaan yang akan terjadi.

"Adapun upaya yang dilakukan yang telah kami lakukan yakni terus menjalin koordinasi lintas sektor bersama TNI, Polri, relawan, dan stakeholder kebencanaan lainnya, tetap melakukan monitoring dan patroli kewilayahan dan melayani dampak dari kebencanaan banjir."

"Selain itu menyiagakan posko kebencanaan, menyebarluaskan informasi kebencanaan dan mempersiapkan fasilitasi pendukung pengungsi untuk memaksimalkan upaya pelayanan pengungsian bagi masyarakat terdampak dengan melibatkan seluruh elemen atau stakeholder kebencanaan lainnya," imbuh Dimas.

Sementara itu, khusus banjir yang terjadi di Sampangan Gang 5B, menurut Kabid Sumber Daya Air (SDA) DPUPR Kota Pekalongan Khaerudin adalah disebabkan karena air dari Sungai Loji yang masuk ke permukiman warga melalui celah pintu atau saluran di tanggul atau parapet yang telah dibangun. Sebenarnya, tanggul ketinggian tanggul tersebut sudah mampu menahan limpasan air Sungai Loji. Namun karena ada celah, maka air menggenangi permukiman setempat.

"Dulu desain dari kami semua tanggul di situ tertutup sehingga tidak ada celah. Air yang di permukiman dipompa melewati tanggul," katanya.

Tetapi ternyata warga bersikeras harus ada celah di tanggul yang sudah dibangun dan ditinggikan tersebut untuk saluran air. "Risiko seperti kejadian banjir tadi malam (Rabu malam, red) sudah kami sampaikan, tetapi warga tetap ingin ada celah di tanggul itu," ungkapnya.

Tags :
Kategori :

Terkait