Alhamdulillah, Kepala DPU dan Istri Sembuh

Jumat 08-05-2020,10:12 WIB

*Hasil Swab Terakhir Dinyatakan Negatif

BERI TESTIMONI - Kepala DPU dan Taru Bambang Irianto (tengah) memberikan testimoni usai dirinya dinyatakan sembuh dari Covid-19.

KAJEN - Kepala DPU dan Taru Kabupaten Pekalongan Bambang Irianto dan istri dinyatakan sembuh dari Covid-19. Bambang pun kembali ngantor sejak Rabu (6/5/2020).

Bambang Irianto dalam testimoni di hadapan media, Rabu (6/5/2020) sing, menyampaikan, rasa terima kasih tak terhingga kepada pemda, khususnya jajaran RSUD Kraton yang telah merawat dirinya dan keluarganya.

"Selama saya dirawat di RSUD Kraton, perawatannya luar biasa. Mereka dengan mengenakan APD, melayani pasien dengan cekatan, dengan protokoler, dan tidak pernah marah. Mereka disiplin dan tekun. Untuk itu saya menyampaikan terima kasih yang luar biasa kepada tim medis RSUD Kraton dan seluruh jajaran perawatnya yang telah merawat keluarga saya. Alhamdulilah dilihat swab terakhir saya dan istri saya sudah dinyatakan sembuh," kata dia.

Ia berpesan, dalam penanganan Covid-19, semua otoritas ada di tangan dokter. Dikatakan, sebaik-baik apapun jika rekomendasi medis dokter tidak harus dirawat di rumah sakit, akan lebih bagus jika dirawat di rumah dengan isolasi mandiri.

"Saya mengalami sendiri. Saya akan mengikuti dokter. Jangan sampai saya pulang karena saya ingin pulang, atau saya tidak mau pulang karena saya ingin di sini. Akhirnya saya dipulangkan.

Saya ingat perkataan dokter, 'sekarang tidak usah mikir positif negatif, Pak Bambang sudah layak di rumah karena catatan medisnya bagus. Insya Allah ndak usah dipikir nanti akan negatif sendiri. Pak Bambang di rumah akan lebih nyaman karena ada anak dan istri'. Dan saat saya di rumah, tensi saya yang biasanya di atas 150 langsung turun," kata dia.

Ia pun memberi catatan harus jadi warga negara yang patuh terhadap pemerintah saat menjalani isolasi mandiri di rumah. "Anak saya yang sehat dan negatif mendampingi satu bulan lebih di rumah, dan hasil terakhir tetap negatif. Sepanjang kita mengikuti protokoler, tidak perlu ditakuti. Saya serumah empat kamar, dan anak saya melayani makan di rumah, dan Insya Allah tetap negatif.

Catatan, kami tidak pernah bersinggungan. Makan sendiri-sendiri. Hanya ambil di meja, piring sendok sendiri. Keluar hanya untuk berjemur. Anak saya tiga, masing-masing kamar ada kamar mandinya," kata dia.

Berdasarkan pengalamannya, yang bisa membuat drop itu faktor psikologis. Untuk itu, ia berpesan agar jangan sampai stres.

"Saya menikmati kesendirian di rumah sakit. Saya memiliki tanggung jawab untuk mengamankan keluarga saya. Jika saya stres, keluarga saya akan lebih stres. Tagline di keluarga saya hanya tiga, sabar ikhlas dan tawakal tanpa batas. Awal ramai di medsos di bully dan sebagainya. Saya bilang ndak usah digagas. Sakit ini bukan aib. Ini ujian," ujar dia.

Selama menjalani perawatan, banyak kiai yang mengedukasi dirinya. "Ini adalah bentuk kasih sayang Allah kepada hambaNya. Sehingga kita enjoy saja. Selama di rumah sakit saya mandiri. Di rumah sakit, saya banyak belajar. Saya ngaji dan baca buku agama sampai selesai," tutur dia.

Pesan lainnya, kata dia, makan apapun yang diberikan. Ia sendiri menambahkan mengkonsumsi buah pisang. "Pisang Ambon besar itu habis enam sisir selama 19 hari di rumah sakit. Ikuti petunjuk dokter dan patuhi," pesan dia.

Masyarakat pun, kata dia, bisa diedukasi. Disampaikan, ketakutan itu boleh tapi jangan sampai menekan kepada korban. "Tidak ada semua orang yang minta sakit. Selama ini yang muncul bagaimana yang sakit menulari yang lain. Sehingga sampai ketakutan tidak ada perlindungan bagi yang sakit," kata dia.

Dikatakan, obat untuk sembuh adalah semangat untuk sembuh dan tidak stres. "Saya mempunyai keyakinan sembuh dari Allah, dan ikhtiarnya dari dokter. Saya hanya patuh dari obat dokter. Konsumsi tambahan saya hanya buah-buahan dan madu. Makan yang semangat, enak ndak enak dimakan. Saya tidak konsumsi obat herbal, hanya obat dari dokter," imbuh dia. (had)

Tags :
Kategori :

Terkait