Setelah 2 Bulan Diisolasi dan 10 Kali Tes Swab, Dokter Ini Akhirnya Sembuh dari Covid-19

Selasa 23-06-2020,06:05 WIB

Seorang dokter dinyatakan sembuh setelah hampir dua bulan menjalani isolasi di rumah sakit karena terpapar Covid-19.

Iapun mengaku sempat frustasi lantaran tidak kunjung sembuh setelah 10 kali menjalani swab tes.

Pengalaman tersebut diungkapkan saat conference pers di posko gugus tugas penanganan percepatan Covid-19 di kantor Setda Kabupaten Blora, Senin (22/6).

Di hadapan Bupati Blora, Djoko Nugroho, dokter bernama Galih Puspitasari itupun bercerita.

"Saya Dokter Galih Puspitasari yang sudah banyak diberitakan sebagai salah satu tenaga medis RSUD Blora yang terkena Covid-19. Pada awalnya mengalami demam tinggi karena kemungkinan kelelahan bertugas, ternyata setelah semalam demam masih tinggi. Karena merasa punya risiko tinggi sebagai tenaga medis, maka saya langsung isolasi mandiri di rumah supaya tidak kontak dengan anggota keluarga yang lanjut usia selama tiga hari hingga dinyatakan harus rawat inap," ungkap dr. Galih.

Dari hasil lab pertama, dirinya mengalami limfositopeni ringan, trombositopeni ringan, risiko sedang Covid-19. Selanjutnya dari CT scan dada menghasilkan adanya glass ground opacity yang mengarah khas gejala virus tersebut.

"Seiring dengan kesiapan ruang isolasi di RSUD, akhirnya saya isolasi di rumah sakit. Memang berat mengambil keputusan untuk rawat inap di ruang isolasi ini. Karena harus sendirian di dalam kamar 3x5 meter yang tanpa ada AC agar udara tidak tersebar kemana mana. Saya rawat inap di ruang isolasi selama 11 hari dan demam selama 10 hari," lanjut dia.

Selama rawat inap, pihaknya mengakui ada perasaan sedih dan kecewa. Namun dirinya sadar untuk terus bangkit dan tetap makan meskipun mengalami mual-mual.

"Jadi gejala saya hanya demam dan mual. Tidak ada sesak, tidak ada nyeri tenggorokan, tidak ada bantuk. Karena memang Covid-19 ini penyakit seribu wajah. Ada yang tidak demam tapi swab nya positif, bahkan ada yang tidak bergejala namun swab-nya positif. Tergantung dimana virusnya nempel di reseptor. Jika virusnya nempel di mata maka gejalanya ada di sekitar mata, jika ada di tenggorokan maka akan ada gangguan pernafasan, jika di sistem pencernaan maka akan muncul mual muntah," terangnya.

Dirinya pun menyadari memang sulit untuk menegakkan diagnosis. Hasil rapid non reaktif, namun hasil swab positif akan sering terjadi.

"Saat itu rapid test saya non reaktif, kemungkinan saat itu tubuh saya belum membentuk antibodi yang sempurna sehingga belum bisa terdeteksi reaktif oleh rapid-test. Namun setelah di-swab hasilnya positif," paparnya.

Dirinya ikut prihatin karena banyak masyarakat yang memperlakukan pasien Covid-19 dengan stigma negatif. Setelah dirinya selesai rawat inap selama 11 hari, dirinya menjalani isolasi mandiri minimal 14 hari di rumah sampai dinyatakan hasil swabnya negatif sebanyak dua kali berturut-turut untuk sembuh total.

"Total swab test yang saya jalani selama 67 hari adalah 10 kali swab. Sempat ada perasaan kok tidak sembuh-sembuh. Tapi ternyata setelah saya baca teori, kemungkinan masih ada badan virus mati yang masih tersisa dalam tubuh. Sehingga harus tetap mematuhi protokol kesehatan sampai swabnya dinyatakan negative dua kali berturut turut. Alhamdulillah 16 Juni kemarin swab saya sudah dua kali hasilnya negatif sehingga dinyatakan sembuh," paparnya.

Kepada masyarakat, dirinya berpesan agar masyarakat dalam setiap menghadapi masalah agar tetap tenang dan tidak panik.

Sementara itu, Bupati Blora, Djoko Nugroho yakin pasien yang terinfeksi corona pasti akan sembuh. Sedangkan yang meninggal menurutnya karena mempunyai penyakit lain yang bisa menurunkan imunitas tubuh. (hen/rmoljateng)

Tags :
Kategori :

Terkait