Antre Solar Sejak Subuh

Rabu 11-08-2021,10:32 WIB

**Dilakukan Istri-istri Nelayan

**Bupati Janji Carikan Solusi Terbaik

KENDAL - Puluhan jerigen terlihat bertumpukan dan berjajar di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN) Tawang, Kecamatan Rowosari, Kabupaten Kendal, Selasa (10/08/2021) siang. Jerigen-jerigen itu dibawa para istri nelayan di saat suaminya sedang melaut.

Sementara demi mendapatkan surat rekomendasi pembelian solar dari dinas terkait, para istri nelayan ini rela datang sejak subuh. Karena tanpa surat rekom ini mereka tidak akan dilayani di SPBN.

Pantauan Radar Pekalongan, Selasa kemarin, puluhan istri nelayan terpantau berada di SPBN Tawang. Dengan membawa jerigen kebanyakan lebih dari dua mereka dengan sabar menunggu dilayani petugas SPBN. Terlebih, Bupati Kendal juga dikabarkan akan datang untuk melihat langsung antrean pembelian solar di SPBN. Dua tangki truk berisi bahan bakar solar pun didatangkan untuk memasok kebutuhan solar di wilayah tersebut.

Namun orang nomor satu di Kabupaten Kendal tersebut batal datang. Sehingga setelah pengisian pasokan bahan bakar solar dari truk tangki yang kedua selesai dilakukan, petugas SPBN pun langsung memberikan pelayanan pembelian solar untuk kebutuhan melaut para nelayan tersebut. Kuota pembelian setiap nelayan tidaklah sama, bergantung ukuran perahu dan banyaknya mesin yang dugunakan oleh nelayan untuk melaut.

Berdasarkan penelusuran koran ini, setiap mesin yang digunakan di perahu setidaknya mendapatkan jatah sebanyak 20 liter solar. Sehingga jika perahu untuk melaut berukuran besar dan mesinnya lebih dari satu, maka nelayan pemilik perahu akan dapat membeli solar jauh lebih banyak. Takarannya tidak sama, setiap nelayan ada yang mendapatkan 70 liter solar hingga 100 liter solar saat mengantre pembelian solar di SPBN tersebut.

"Datang ke SPBN pukul 05.00 pagi. Untuk ambil surat rekomendasi pembelian solar dan nomor urut dan baru jam 08.00 ke sini lagi," kata Nur Dwi Yani, warga Tawang Barat, istri nelayan yang juga rela mengantre bersama puluhan istri nelayan lainnya demi dapat membeli bahan bakar solar di SPBN Tawangt.

Menurut Dwi Yani, kelangkaan bahan bakar solar sudah terjadi sejak Juli lalu hingga hampir masuk pertengahan Agustus ini. Para nelayan berharap pemerintah dapat segera mengatasi kelangkaan solar seperti yang terjadi saat ini. Lebih lagi di tengah musim ikan di lautan pada bulan ini. Dengan pasokan solar yang terjamin, nelayan menjadi bersemangat melaut.

"Perahu suami besar dengan mesin lebih dari dua. Ini beli 100 liter solar untuk tiga jerigen. Cukup untuk suami melaut satu hari saja," ungkapnya.

Istri nelayan lainnya, Dyah, bahkan mengaku datang ke SPBN Tawang sejak pukul 03.00 pagi, karena harus mengambil nomor antrean pembelian solar. Ada empat jerigen yang dibawanya untuk diisikan solar di SPBN tersebut guna kebutuhan bahan bakar mesin perahu suaminya untuk mencari ikan di tengah lautan. Hal senada juga diungkapkanya bahwa kelangkaan bahan bakar solar sudah terjadi sejak akhir Juli hingga Agustus ini. Dengan kondisi solar langka ini setidaknya sudah empat kali suaminya tidak pergi melaut.

"Kalau saya hitung, empat kalinan suami tidak melaut imbas tak dapat bahan bakar solar. Berharap pasokan solar bisa mencukupi kebutuhan nelayan setiap harinya. Ya tergantung, kalau tiap harinya pasokan solar ke SPBN hanya satu truk tangki, ya tidak bisa mencukupi kebutuhan nelayan yang ada di sini. Karena jumlahnya ribuan nelayan. Apalagi ini lagi musim ikan," ucapnya.

KUOTA SUBSIDI TERBATAS

Kelangkaan solar yang dihadapi para nelayan ini disebabkan karena kuota solar subsidi yang masih terbatas. Tercatat pada tahun 2021 ini nelayan Kendal hanya dijatah 7.150 kiloliter (Kl) solar subsidi oleh pemerintah melalui Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas). Padahal, kebutuhan riil solar nelayan Kendal mencapai 11.400 Kl selama 1 tahun.

"Artinya hanya sekitar 65 persen saja," kata Plt Kepala Dinas Kelautan dan Perikan Kabupaten Kendal, Hudi Sambodo, saat cek distribusi kebutuhan solar di TPI Tawang.

Tags :
Kategori :

Terkait