Atasi Susah Sinyal dan Kuota, Sekolah Rela Pasang Hotspot di Pedukuhan Jauh

Selasa 28-07-2020,11:40 WIB

**Potret Belajar Daring di Wilayah Terisolir Kabupaten Batang

Di masa pandemi ini, pembelajaran jarak jauh dipilih untuk meminimalisir penyebaran Covid-19. Namun pada praktiknya, pembelajaran daring di beberapa tempat punya kendalanya masing-masing.

BEGITU pula penerapan pembelajaran jarak jauh di SMPN 4 Bawang. Tak semudah membalikkan tangan, pembelajaran jarak jauh berbasis online pun tak mudah diterapkan di sekolah yang berlokasi di Desa Pranten Bawang ini. Pasalnya, Pranten menjadi salah satu desa yang masih terisolir di Batang. Sehingga bukan perkara gampang untuk mendapatkan sinyal internet di lokasi yang punya banyak titik blankspot tersebut. Terlebih untuk kebutuhan pembelajaran daring, butuh koneksi internet yang stabil dan terhitung cepat.

Tak hanya soal susah sinyal, budget untuk membeli kuota pun juga menjadi kendala bagi sebagian siswa. Pasalnya tak semuanya berasal dari kalangan mampu. Terlebih beberapa waktu lalu harga panen bawang putih terbilang anjlok. Sehingga banyak orang tua yang mayoritas petani keberatan untuk membelikan kuota anaknya.

"Orang tua sangat keberatan, kuota sangat boros karena digunakan untuk medsos, browsing, dan game online karena orang tua sulit memantau. Dampaknya selama pembelajaran online semester kemarin 2 siswa dinikahkan dan 1 siswa disuruh keluar untuk membantu orang tua bekerja di ladang," jelas Kepala SMPN 4 Bawang, Mulud Sugito saat diwawancarai Radar Pekalongan, Senin (27/7/2020).

SMPN 4 Bawang pun telah menerapkan pembelajaran door to door, home visit ke rumah siswa. Meski begitu, cara ini tidaklah terlalu efektif karena hanya bisa dilakukan sekali dalam seminggu. Lantaran daerah yang diakses cukup susah dan tidak sepadan dengan jumlah personil yang terjun ke lapangan.

Berangkat dari hal tersebut, sekolah kini berinisiasi untuk menyediakan pemancar jaringan internet gratis untuk siswa. Hal ini diberlakukan, untuk mendukung pembelajaran model kombinasi yang diterapkan Disdikbud Batang mulai tahun ajaran ini. Di mana pembelajaran akan dilakukan secara bergantian, antara pembelajaran tatap muka dan pembelajaran jarak jauh atau daring.

Dengan anggaran sekitar Rp 15,7 juta, pihak sekolah memasang antena mikrotik untuk pemancar jaringan internet. Dengan antena ini siswa bisa mendapatkan hotspot internet secara cuma-cuma, gratis disediakan sekolah. Hotspot ini pun dipasang di beberapa titik, seperti di Dukuh Sigemplong, Dukuh Pranten, Dukuh Rejosari dan Dukuh Bintoro Mulyo.

Meski cuaca berkabut tebal, saat di test speed kecepatan mencapai 13,34 mbps dan saat cuaca cerah mencapai 30 mbps. Dengan kecepatan ini para siswa bisa menggunakan layanan internet untuk berbagai keperluan. Seperti mengakses Google Classroom, Zoom, YouTube dan aplikasi pendukung lainnya.

"Karena sinyal susah ini hampir merata di setiap dukuh. Sehingga kami memasang hotspot gratis di empat dukuh. Ini juga sebagai solusi anak agar bisa menikmati pembelajaran daring yang lebih nyaman, dan juga tidak menyusahkan orang tua," jelas lelaki lulusan Universitas Negeri Semarang ini.

Mulud berharap langkah ini mampu menjadi solusi untuk semua kalangan. Ia juga berharap siswa bisa bijak menggunakan fasilitas ini untuk kepentingan yang bermanfaat.

Untuk mengantisipasi penyalahgunaan, tim IT SMPN 4 Bawang pun sudah melakukan pemblokiran situs terlarang. Hotspot internet ini tersedia 24 jam baik untuk jalur local host maupun internet backbone wireless. Fasilitas internet ini pun mampu dinikmati dalam radius 500 meter.

"Untuk siswa kami sediakan secara gratis atau cuma-cuma. Namun jika ada masyarakat yang berminat, mereka bisa mendapatkan layanan internet ini dengan biaya Rp3 Ribu untuk internet sepuasnya selama 24 jam," pungkasnya.

Perwakilan siswa, Habib Asani dan Mad Rokhim mengaku senang dengan fasilitas ini. Selain lebih mudah mendapatkan sinyal, dengan internet gratis ini ia tidak perlu meminta biaya kuota ke orang tuanya.

"Internetnya kenceng mbak. Jadi kalau buka Google Classroom bisa lancar. Biasanya untuk watsapan saja susah. Apalagi untuk buka aplikasi yang lain yang lebih berat. Ibu saya juga senang karena saya tidak lagi meminta uang untuk beli kuota. Kadang sudah punya kuota pun susah karena sinyalnya ilang-ilangan. Tapi kalau pakai internet ini lancar," tutur siswa kelas 9 ini. (nov)

Tags :
Kategori :

Terkait