Museum Batik Teken Kerjasama dengan ITB

Senin 28-10-2019,10:05 WIB

KERJASAMA - Museum Batik meneken kerjasama dengan ITB yang ditandai dengan serah terima naskah nota kesepahaman yang dilakukan oleh Kepala Musuem Batik, Bambang Saptono dengan perwakilan tim peneliti ITB, Eko Budi Mursito, Sabtu (26/10).

KOTA - Museum Batik Kota Pekalongan meneken kerjasama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) dalam rangka penerapan teknologi cerdas untuk pengembangan dan pengenalan batik yang lebih luas. Mengawali kerjasama, ITB membantu Museum Batik menyusun glosarium dan rekognisi batik serta membantu pengarsipan batik melalui fotografi.

Kerjasama antar dua institusi tersebut, ditandai dengan serah terima naskah nota kesepahaman yang dilakukan oleh Kepala Musuem Batik, Bambang Saptono dengan perwakilan tim peneliti ITB, Eko Budi Mursito, Sabtu (26/10). Kerjasama tersebut, merupakan bagian dari kegiatan penelitian dari ITB yang menjadi program riset multidisipllin. Usai serah terima naskah nota kesepahaman, kegiatan dilanjutkan dengan workshop tentang glosarium dan rekognisi batik serta pengarsipan batik lewat fotografi.

Dalam workshop, dipaparkan bagaimana glosarium yang sudah disusun oleh tim peneliti ITB yang selanjutnya juga diaplikasikan untuk memberikan info tentang koleksi-koleksi batik dengan sistem QR code. Sehingga informasi tentang koleksi yang dipamerkan, tidak hanya dapat dibaca dalam keterangan yang ditempel di lemari pamer namun juga dapat diakses lewat smartphone.

"Kerjasama dengan Museum Batik diawali dengan keinginan kami untuk meneliti bagaimana membuat sistem cerdas. Sistem ini dibuat untuk yang ingin mengenal dan belajar mengenai batik," tutur Eko Budi Mursito dalam paparannya.

Hasilnya, kini sudah lahir satu website berisi informasi mengenai koleksi yang ada di Museum Batik. Beberapa informasi dalam koleksi juga telah dalam bentuk QR code yang kemudian ditempel di lemari koleksi agar dapat diakses pengunjung. "Dari sebanyak 1.261 koleksi kami sudah buatkan QR code untuk 300 koleksi. Ini akan terus diperbarui," tambahnya.

Eko berharap, kerjasama dengan Museum Batik akan berlangsung dalam jangka panjang. Museum Batik diharapkannya terus mengembangkan dan melakukan upaya-upaya lain dalam memperkenalkan batik lebih luas. Sedangkan ITB akan mencoba membantu dari sisi teknologi atau hal teknis lain di luar batik.

Kepala Museum Batik, Bambang Saptono berharap, kerjasama yang diteken dengan ITB bisa berlanjut untuk berbagai program lainnya ke depan. Dengan adanya kerjasama ini, ke depan pengunjung Museum Batik tidak hanya belajar mengenai proses membatik saja melainkan juga bisa belajar tentang fotografi yakni bagaimana mendokumentasikan batik dengan teknik fotograsi yang baik.

Selain itu, lanjut Bambang, Museum Batik juga memiliki IPAL yang dalam kondisi terbengkalai. Dia berharap ITB juga dapat membantu bagaimana mengoptimalkan keberadaan IPAL tersebut untuk selanjutnya dapat dijadikan pembelajaran bagi pengunjung. "Sehingga ketika berkunjung, bisa mendapatkan tiga hal sekaligus. Termasuk bagaimana mengelola limbah agar tidak mencemari sungai," tambahnya.

Kerjasama dengan ITB diharapkan Bambang juga dapat menjadi inspirasi bagi banyak pihak untuk juga turut peduli dengan Museum Batik. Dia menyatakan, sudah banyak pihak yang peduli dan turut memberikan bantuan kepada Museum Batik dalam berbagai bentuk. Karena menurut Bambang, Museum Batik memiliki keterbatasan dalam memenuhi maupun menambah fasilitas.

Untuk mendorong perbaikan musum, tahun 2017 lalu Museum Batik sudah mengajukan revitalisasi ke Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI. Namun belum ada informasi mengenai tindak lanjut pengajuan bantuan tersebut. "Harapan kami ingin menambah ruang pamer karena saat ini dengan 1.261 koleksi hanya ada tiga ruang pamer. Semoga pengajuan itu bisa direalisasikan," harapnya.(nul)

Tags :
Kategori :

Terkait