*Pengerajin Ceting Batursari Butuh Dukungan
TALUN - Pengerajin tempat nasi dari anyaman bambu atau ceting di Dusun Jambanganlarangan Desa Batursari, Kecamatan Talun kondisinya cukup memprihatinkan. Kendala harga jual yang murah serta bahan baku yang mahal menjadikan usaha turun temurun ini belum dapat berkembang.
Diketahui, pengerajin tempat nasi dari anyaman bambu yang berada di Dusun Jambanganlarangan ini ada sebanyak 75 orang. Sebagian besar rumah warga di sana telah turun temurun memproduksi ceting.
"Lima puluh tahun lebih warga di sini telah menekuni usaha membuat ceting bambu yang saat ini semakian tergerus oleh kemajuan zaman dengan banyaknya produk dari plastik dan alumunium," ungkap Kepala Desa Batursari, Titik Sumarlin yang didampingi Kaur Pemerintahan Desa Batursari, Jari, saat menyambangi Khudori (50) warga Rt 1/2 Dusun Jambangan yang masih meekuni usaha sampingan tersebut.
Ia menjelaskan, saat ini pengerajin menjual hasil kerajinan tangannya ke pengepul warga Batang dengan harga relatif murah. Untuk ceting ukuran kecil Rp 5000/buah, ukuran sedang Rp 7000, dan ukuran besar Rp 25.000.
"Harapan kami, pemerintah daerah melalui dinas terkait dapat meberikan bantuan, baik mungkin pelatihan kerajinan atau bantuan untuk kelompok usaha, sehingga pengrajin dapat bernafas lega di tengah pandemi corona ini," terangnya.
Mendampingi Chudori, Charban selaku Ketua RT sekalgis pengrajin ceting mengakui bahwa sebagian besar warganya yang masih melestarikan usaha ini adalah generasi tua. Sementara anak-anak saat ini banyak yang memilih pekerjaan buruh kasar, seperti konveksi dan kuli proyek bangunan, hal ini lantaran penghasilan yang tidak menjanjikan.
"Setiap hari hanya mampu menganyam 3-5 buah ceting, itupun jika bahan baku, bambu sudah terpotong dengan bilah-bilah bambu sudah siap dianyam," terangnya.
Carban dan Khudori mengaku warganya tidak kesulitan dalam penjualan, karena sudah ada yang berlangganan mengambik ke pengerajin. Hanya saja, harganya masih minim karena beluam ada pengepul.
Mereka mengharapkan dinas terkait selain dapat memberikan bantuan modal juga bisa memberikan layanan koperasi dan akses sehingga harga dapat bersaing.
"Hingga saat ini belum ada koperasi pengerajin ceting. Bantuan pernah ada sekitar 10 tahun silam yakni alat untuk menyerut bambu, namun hasilnya tidak memuaskan," ujarnya.
Ditambahkan Jari, support dari Pemda sangat dibutuhkan guna membantu solusi pengerajin di desanya, sehingga ada terobosan besar yang membuka peluang kemajuan ekonomi bagi warganya.
"Semoga Pak Bupati dapat merespon harapan warga di Batursari, mungkin dengan adanya peresmian kampung pengerajin ceting yang menggeliatkan potensi UMKM di Kecamatan Talun ini," pungkasnya. (jun)