Bosan di Rumah, Rindu Sekolah

Selasa 15-12-2020,13:00 WIB

KEDUNGWUNI - Kebijakan banyak pemerintah daerah melaksanakan kegiatan belajar mengajar di rumah (home learning) mendatangkan keresahan di kalangan sejumlah murid dan pengajar. Meski demikian mereka tetap rela menjalani home learning demi membantu mencegah Corona (Covid-19) merajalela di lingkungan sekolah. Maya Esti siswi kelas 7 ini sejak pukul 7 pagi sudah berada di depan gawai milik sang ibu yang diletakkan di meja belajarnya.

"Biasanya jam 7 akan dikasih tugas. Tugasnya dari link website sekolah. Dari kelas 7 sampai 9 akan dapat tugas yang sama," ujarnya.

Di hari itu, ia mendapat tugas Bahasa Indonesia dan mengisi Matematika dari tautan laman itu. "Bahasa Indonesia disuruh bikin puisi soal corona, matematika ada soal sejenis test IQ," ujarnya.

Seingatnya, sekolah mulai menerapkan kebijakan home learning sejak pertengahan Februari. Kini, ia pun mengaku sudah mulai rindu untuk bersua rekan sejawat.

"Ya pengen main, mengobrol, sosialisasi sama teman-teman. Kalau di sekolah bisa cerita-cerita, makan bareng juga," ungkapnya.

Perihal efektivitas belajar, kata Maya masih lebih baik belajar di sekolah. Pasalnya, ia lebih mudah bertanya pada guru apabila ada pelajaran yang tak ia mengerti.

"Tidak efektif home learning susah untuk bertanya pada guru, sedangkan kalau di sekolah bisa langsung tanya," kata pecinta pelajaran matematika itu.

Ia pun mengatakan bahwa kuota internetnya membengkak selama home learning.

"Mama sampai heran, tapi mau bagaimana lagi. Saya butuh internet apalagi masa-masa home learning ini," kata Maya.

Kisah lain datang dari Nayla siswi MAN Kabupaten Pekalongan. Sudah hampir 8 bulan ia menjalani rutinitas ini. Ia mengatakan bahwa home learning kurang efektif.

"Meski Guru-guru memberikan materi, namun selama saya kelas X belum pernah bertemu langsung dan itu rasanya beda," ungkapnya.

Sejak penerapan home learning, Nayla berujar bahwa kuota internetnya harus bertambah. Jika per bulan biasanya hanya perlu 3 gigabyte (Gb), kini menjadi 10 Gb.

"Benar-benar menguras kuota, apalagi kalau sinyalnya lemot, meski begitu ia tetap bersyukur karena ada bantuan kuota dari pemerintah," ujar Nayla.

Nayla juga mengaku rindu untuk bisa segera berjumpa dengan rekan sejawatnya. Meski bisa saling sapa lewat sambungan telepon, namun tetap saja kata Nayla rasanya berbeda. Baginya, sekolah sangat bermakna jika ada interaksi secara nyata. (mal)

Tags :
Kategori :

Terkait