LIMPUNG - Tak hanya bisa mengolah kotoran sapi menjadi pupuk yang omsetnya mencapai ratusan juta. Sejak 2010, Turjaun dibantu warga Dukuh Manggisan, Desa Amongrogo Limpung pun turut mengolah kotoran sapi menjadi biogas, di mana teknologi sederhana itu bisa dijadikan bahan pengganti LPG ataupun listrik yang digunakan untuk menyalakan petromak.
Inovasi yang dibuat oleh Turjaun bekerjasama dengan Yayasan Rumah Energi itu pun sudah dilirik hingga ke luar negeri. Beberapa tahun lalu, duta wisata Jerman bahkan mampir ke Desa Amongrogo untuk belajar membuat biogas.
"Biogas ini malah sudah dilirik oleh bule Jerman. Waktu itu ada kunjungan dari Duta Wisata Jerman. Mereka sangat tertarik bagaimana bisa kotoran sapi bisa diolah menjadi pengganti gas bahkan bisa juga digunakan untuk menyalakan petromak. Selain itu, mereka juga belajar cara membuat emping khas Limpung saat berada di desa kami," terang Turjaun, Jumat (18/10).
Dijelaskan, biogas sendiri dibuat dalam tangki yang berukuran genap, seperti empat, enam, dua belas atau dua puluh kibik. Untuk ukuran empat kibik biasanya membutuhkan 30 kilogram kotoran sapi dan 30 liter air. Biasanya proses pembentukannya bisa membutuhkan waktu sekitar empat jam. "Alhamdulillah, aliran biogas ini bisa mengaliri beberapa rumah tetangga kami," terangnya.
Pihaknya juga nantinya masih akan membuat beberapa tank biogas lagi, sehingga mampu menampung lebih banyak limbah kotoran sapi. Cara itu juga bisa membantu masyarakat untuk tidak bergantung pada gas LPG dan listrik.
"Dengan ini kita bisa menghemat untuk tidak memakai listrik dan LPG. Apalagi tabung LPG kadang juga stoknya langka. Sehingga biogas ini dapat jadi solusi energi alternatif dan juga bisa membantu ekonomi masyarakat," pungkasnya. (nov)