Dilema Sekolah Swasta Berbasis Boarding

Kamis 18-06-2020,14:00 WIB

BERFOTO - Siswa MTs Azzaky berfoto bersama dalam suatu acara, beberapa waktu lalu.

KOTA - Pemberlakukan status new normal dalam dunia pendidikan terus dikaji, namun masih menyisakan dilema, khususnya bagi sekolah swasta berbasis boarding atau pondok pesantren (ponpes). Lantaran keputusan yang diambil tidak seirama. Ponpes sudah mulai beraktivitas mulai 9 Juni kemarin sedangkan sekolah masih menunggu.

Demikian disampaikan Kepala MTs Azzaky Muhlisin LC kepada Radar Pekalongan, Rabu (17/6/2020). "Untuk ponpes kita sudah masuk, namun untuk siswa belum. Padahal siswa kita 100% anak pondok, jadi belum bisa beraktivitas di pondok," ungkap Muhlisin.

Sementara itu, bapak dua itu menjelaskan sebenarnya resiko tertinggi penularan itu adalah di Pondok, karena mayoritas mereka berasal dari luar kota sedangkan sekolah hanya berpusat pada wilayah sekitar.

Selain itu tentang kesulitan penerapan protokol kesehatan di wilayah pondok.

Kebingungan serta kesulitan yang dialami oleh MTs Azzaky dalam penerapan kondisi new normal cukup bisa diterima, lantaran sistem pondok pesantren membuat para siswa mau tidak mau harus berkumpul dalam satu atap dalam jumlah yang banyak.

"Untuk phisical distencing model pondok pesantren susah mbak. Karena santri-santri kan 24 jam di satu area satu komplek satu kamar. Sementara anak-anak juga berasal dari daerah yang bermacam-macam, kita tidak tahu mereka bawa virus atau tidak," ungkap Muhlisin.

Namun untuk skenario new normal bagaimana teknisnya baru akan dibahas dengan yayasan. Karena MTs Azzaky berbasis pondok pesantren tidak seperti sekolah-sekolah lain.

Untuk saat ini, ia menyampaikan masih menggunakan sistem online, baik itu pembelajaran, evaluasi, pengumuman kelulusan, PAT, terima rapot, dan PPDB online.

"Kita laksanakan sesuai protokol kesehatan, tidak mengumpulkan orang dalam jumlah banyak. Sedia handsanitiser dan lain sebagainya," pungkasnya. (mal)

Tags :
Kategori :

Terkait