Harga Kedelai Impor Naik, Ukuran Produksi Tempe Semakin Tipis

Kamis 07-01-2021,15:40 WIB

KENDAL - Kenaikan harga kedelai impor sangat dirasakan oleh pengrajin tempe di Desa Penaruban, Kecamatan Weleri. Akibatnya mereka terpaksa mengurangi ukuran tempe produksinya. Pasalnya jika harga dinaikkan akan dikeluhkan konsumen sehingga satu satunya jalan dengan harga tetap ukuran tempe dikurangi.

Saat ini harga kedelai terus naik hingga tembus hampir mrncapai angka Rp 10 ribu. Hal itu membuat produsen tahu dan tempe mengurangi bahan baku produksi tempe atau ukuran produksinya. Dengan kondisi yang ada pengrajin sulit untuk menaikkan harga penjualan produk tahu dan tempe saat daya beli masyarakat rendah.

Pengrajin tempe Desa Penaruban Tiban mengatakan, saat ini selain jumlah produksi di kurangi juga takaran kedelai juga dikurangi, sebab mulai dari bahan baku sudah mulai naik sehingga kalau harga tempe dinaikkan akan membuat pembeli komplain. Sehingga dengan harga tetap namun ukuran dikurangi.

"Yang tadinya harga tempe Rp 3.000 per biji sekarang harga segitu dibagi dua sehingga ukuran tempe menjadi tipis," katanya, Rabu (6/1/2021).

Tiban mengungkapkan, biasanya dalam satu hari bisa prodiksi sampai satu kwintal. Namun karena harga kedelai naik, maka kini dalam satu hari paling banter memproduksi 50 kilogram.

Ketua Primer Kopti Harum Weleri Rifai mengatkan, kenaikan kedelai saat ini mencapai Rp 12.500 per kilogram di tingkap koperasi, akan tetapi harga diluar mencapai Rp 10.000 perkilo gram yang awalnya harga kedelai Rp 7.500 perkilogramnya. Kenaikan harga bahan baku terjadi sejak enam bulan terakhir yang harga semula Rp 6.500 per kilogram dan terus merangkak naik.

"Dan puncaknya pada bulan Desember 2020 harga kedelai impor mencapai Rp 9.500 hingga Rp 10.000 per kilogram," katanya.

Rifai menyatakan penyebabnya karena harga dunia naik sehingga semua mengikuti naik. Namun yang jelas saat ini cina membeli kedelai impor melebihi kuaota sehingga mengakibatkan harga kedelai naik di tingkat Internasional. Selain itu pemicunya ada pekerja di Agrentina mogok kerja sehingga menyebabkan pasokan kedelai terhambat.

"Selama ini para pengrajin hanya bertahan dengan mengurangi takaran. Untuk menaikkan harga jual sangat sulit karena kondisi ekonomi yang lesu. Kalau berhenti juga enggak mungkin karena penopang ekonomi keluarga," tandasnya. (lid)

Tags :
Kategori :

Terkait