**Dibanding Tahun 2020, Jumlah Turun 16 Persen
BATANG - Angka stunting di Kabupaten Batang mencapai sekitar 15 persen atau sekitar 6 ribu kasus. Meski begitu, angka ini memang terbilang menurun daripada tahun sebelumnya yang mencapai 16 persen. Untuk memenuhi target penurunan stunting di angka 12 persen di tahun 2024, Bupati Batang, Wihaji, pun menggandengan pihak swasta di Batang lewat program CSR mereka.
"Penyebabnya kita sudah tahu, salah satunya kemiskinan. Oleh karena itu, penyediaan air bersih dan jambanisasi dan sebab lainya kita urai dengan kerja keroyokan dengan pihak swasta seperti perusahaan dan bank Jateng," kata Wihaji.
Dijelaskan, untuk sinergi dengan pihak swasta ini nantinya bantuan akan difokuskan di beberapa desa. Ada 25 desa di 8 kecamatan yang akan dibantu terlebih dahulu untuk penangan stunting. Bantuan nantinya berupa fasilitas jamban, penyediaan air bersih ataupun lainnya untuk mengurangi angka stunting.
"Kita sudah siapkan anggaran untuk penyediaan air bersih, pemugaran rumah tidak layak huni (RTLH) dan program makanaan tambah buat ibu hamil dan anak sekolah," ungkapnya.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Batang, dr Didiet Wisnuhardanto, mengatakan anggaran penanganan stunting di Batang sudah masuk dana BOK (Bantuan Operasional Kesehatan) yang perencananannya sejak tahun 2020. "Mudah - mudahkan yang kita fokuskan di 25 desa di 8 kecamatan yang tidak fokus di jambanisasi saja, tapi juga masa kemahamilan dengan makanan tambahan," katanya.
Ia pun menyatakan angka stunting di Kabupaten Batang setiap tahunnya ada penurunan dari 16 persen di Februari 2020 turun menjadi 15 persen atau 6.058 anak. "Target kita tahun 2024 angka stunting turun menjadi 12 persen," tandasnya.
Didiet juga menyebutkan ada beberapa penyebab stunting. Seperti pernikahan dini, usia kehamilan belum cukup umur, pernikahan antar saudara, banyak minum obat, ataupun kurang energi dan protein. "Itu beberapa faktor yang meliputi dari sebelun hamil, hamil dan seribu hari pertama kelahiran," pungkasnya. (nov)