Pemilu 2019 disebut-sebut bukanlah Pemilu aspiratif yang mewakili rakyat dalam menentukan pilihan pemimpinnya.
Dilihat dari maraknya praktik politik uang, pemilihan kali ini dianggap sebagai pemilu uang.
Pengamat Politik dari Universitas Al Azhar, Ujang Komarudin menilai, terminologi 'Pemilu uang' dirasa tepat untuk menggambarkan fakta yang saat ini terjadi, khususnya di Pileg yang tertutup oleh isu Pilpres.
"Karena tidak dikenal, maka banyak Caleg menebar uang untuk dikenal dan menang. Karena itu, jangan aneh dan heran jika banyak Caleg yang tertangkap tangan karena menebar uang," kata Ujang, seperti dilansir kepada Kantor Berita Politik RMOL, Sabtu (27/4).
Menurut Ujang, kasus politisi Golkar Bowo Sidik yang terciduk KPK dan terbukti menyiapkan sekitar 400 ribu aplop senilai Rp 8 miliar hanyalah satu dari sekian banyak yang tertangkap basah.
Padahal, kata dia, masih banyak pihak lain yang diduga melakukan hal serupa namun belum tertangkap.
"Yang tertangkap OTT hanya sedikit. Sejatinya masih banyak lagi yang tidak tertangkap. Bisa saja hampir semua Caleg menebar uang untuk menang Pemilu," imbuhnya.
Ujang menambahkan, politik uang juga dipastikan terjadi pada kontestasi Pilpres 2019. Hal itu dapat dibuktikan dengan temuan dan laporan yang masuk di Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI terkait dugaan politik uang.
"Pilpres juga bisa saja sama. Untuk mengeceknya perlu ditanyakan ke Bawaslu. Karena pasti banyak laporan ke Bawaslu," Ungkap Guru Besar Universitas Al Azhar ini.
"Karena yang melaporkan politik uang pasti dengan bukti-bukti (kuat)," jelas Ujang.
Per Maret 2019, Bawaslu RI mencatat sebanyak 6.649 kasus dugaan pelanggaran Pemilu 2019. Pihak kepolisian pun telah menerima 554 laporan terkait pelanggaran Pemilu. Sebanyak 132 laporan di antaranya pelanggaran politik uang.
Lebih lanjut, Ujang menegaskan bahwa dari temuan yang terjadi di tengah masyarakat dan berbagai sumber menyebutkan bahwa Pemilu 2019 dapat diyakini sangat marak praktik money politic atau politik uang.
"Pemilu yang sangat subur dengan politik uang," demikian Ujang. (rmol)