KOTA - Pasca banjir yang melanda sebagian besar Kota Pekalongan, para stakeholder dituntut untuk melakukan penanganan lanjutan, terutama menyangkut faktor penyebab banjir. Hal itu diperlukan agar banjir tak lagi berulang saat musim hujan tahun depan.
Meski tidak separah wilayah lain, Kelurahan Degayu juga ikut terdampak banjir beberapa waktu lalu. Menurut Sekretaris Lurah Degayu, Kecamatan Pekalongan Timur, Endang, ada tiga masalah yang disoroti pemerintah dan masyarakat setempat pasca banjir. Pertama, soal jebolnya tanggul di perbatasan Gamer-Degayu, lalu buruknya drainase, serta daya tampung TPA yang sudah tak maksimal.
"Selain itu, masalah kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan juga penting dipikirkan," ungkapnya kepada Radar, Rabu (11/3/2020), di kantornya.
Endang menilai faktor tingginya intensitas curah hujan bukanlah penyebab dominan banjir di wilayahnya, melainkan lebih dipicu oleh jebolnya tanggul di perbatasan Gamer-Degayu. Akibatnya, mair meluap ke pemukiman, sehingga warga terpaksa mengungsi di hari kedua.
"Di sana itu sudah dikasih tanggul, tanggulnya itu jebol, soalnya sungai gamer itu berbatasan dengan Degayu, jadi sengaja dijebol ya mungkin. Akhirnya kita kesepakatan sama pihak terkait untuk membuat tanggul sementara. Dan di sini sampai setengah bulan mungkin yang daerah Sumprit, sampai mengungsi, "ungkapnya.
Pihak kelurahan dan warga Degayu juga menyoroti buruknya kualitas drainase di Degayu. Belum lagi ditambah posisi Degayu yang merupakan lokasi TPA dari semua wilayah di Kota Pekalongan.
"Drainasenya memang cukup parah, itu juga gunung sampah di TPA perlu ada penanganan. TPA itu tumpukanya sampai 17 meter dan bikin pencemaran udara," imbuhnya.
Hal ketiga yang juga tak lupa disoroti adalah karena kesadaran masyarakat yang masih kurang dalam memerhatikan kebersihan dan kesehatan lingkungan. Sebab itu menjadi faktor utamanya yang bisa menyebakan banyak efek dan dampak mulai dari pencemaran lingkungan, hingga banjir.
"Ya semoga drainase dan TPA itu bisa dibenahi, dan dari masyarakat sendiri bisa sadar untuk kerja bakti. Intinya, ada penanganan terhadap penyebab banjir agar ke depan tidak terulang," pungkasnya. (ap3)