SEMARANG - Penanganan lonjakan kasus Covid-19 di Jateng menunjukkan hasil positif. Jika minggu sebelumnya terdapat 25 Kabupaten/Kota di Jateng yang masuk zona merah, saat ini jumlah daerah resiko tinggi itu turun dan hanya menjadi 19 daerah.
"Sekarang hanya 19 Kabupaten/Kota yang masuk kategori zona merah. Yakni Klaten, Kota Semarang, Purworejo, Kendal, Batang, Kabupaten Semarang, Banjarnegara, Temanggung, Wonosobo, Brebes, Pati, Rembang, Kota Pekalongan, Sukoharjo, Kebumen, Kota Tegal, Pemalang, Karanganyar dan Sragen," kata Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo usai rapat evaluasi penanganan Covid-19 di kantornya, Senin (12/7).
Untuk kasus aktif tertinggi lanjut Ganjar, terjadi di Kota Semarang (1852 kasus), Klaten (1554 kasus), Banjarnegara (1415 kasus), Kendal (1349 kasus) dan Kebumen (1251 kasus).
"Sementara untuk kasus baru tertinggi terdapat di Semarang, Pemalang, Kendal, Klaten dan Banjarnegara," imbuhnya.
Terkait angka keterisian tempat tidur di rumah sakit atau bed occupancy rate (BOR), Ganjar mengatakan saat ini sudah cukup bagus. BOR ICU yang sempat tinggi pada minggu lalu, saat ini sudah turun di angka 77,83 persen. Sementara tempat tidur isolasi juga turun menjadi 85,07 persen.
"BOR nya membaik. Kemarin kita sempat deg-degan, maka saya minta teman-teman Bupati/Wali Kota menambah ICU dan isolasi. Sekarang sudah membaik, tapi saya tetap meminta dilakukan penambahan dan dibuat skenario dukungan rumah sakit darurat," ucapnya.
Selain persoalan itu, Ganjar juga mengatakan pihaknya terus mengupayakan pemenuhak oksigen dan obat-obatan. Untuk oksigen, pihaknya telah membuat Satgas Oksigen dan meminta seluruh rumah sakit punya PIC yang mengurusi soal itu.
"Selain itu kami juga meminta mereka mengisi aplikasi Jateng Oksigen Stok System (Joss). Tadi saya juga rapat dengan seluruh pemangku kepentingan terkait oksigen agar semua bekerjasama untuk memenuhi," jelasnya.
Terkait obat-obatan, Ganjar meminta Kemenkes menambah beberapa jenis obat-obatan di pasaran. Sebab laporannya, banyak dokter yang merekomendasikan obat tertentu, namun langka di pasaran.
"Saya sudah WA pak Menkes agar ditambah. Ya siapa tahu obat-obatan itu manjur dan mengurangi angka kematian," pungkasnya. (red)