BATANG - Petani Milenial Batang mulai bermunculan dan menunjukkan eksistensi mereka. Salah satunya, Ade Rika Puspita (25), warga Desa Tegalsari Kecamatan Kandeman. Meski berlatarbelakang sarjana manajemen, Ade tak sungkan untuk belajar soal pertanian di sela-sela kesibukannya.
Di lahan seluas kurang lebih 2 ribu meter, Ade menyulap tanah keluarganya menjadi kebun pisang. Ada beberapa pisang yang ditanam, seperti pisang cavendish, pisang gebyar, pisang ijo dan lainnya. Tak hanya pisang, ia juga turut menanami singkong di sela-sela tanaman pisangnya.
"Awal mula saya tertarik menjadi petani, karena melihat kebun orang tua yang kosong begitu saja, tidak dimanfaatkan. Jadi saya inisiatif menanam pohon pisang yang perawatannya mudah," kata petani milenial, Ade Rika Puspita saat ditemui usai panen pisang di Kebun Desa Tegalsari, Kecamatan Kandeman, Batang, Selasa (14/2/2023).
Saat ini, memang banyak anak muda yang belum tertarik untuk menjadi petani. Apalagi jika memang belum passionnya untuk bertani. Meski begitu, ia meyakini jika tidak sulit juga untuk menjadi petani. Sebagai pemula, bertani pisang ini menjadi salah satu yang bisa dikembangkan petani milenial pemula.
"Padahal menjadi petani milenial banyak keuntungannya, seperti kami tidak usah harus memakai baju yang sampai untuk ke kebun dan waktunya santai. Tetapi menjadi petani harus mempunyai hati yang mencintai bidang pertanian," jelasnya.
Sistem panen di kebun Ade Rika ini bertahap, jika sudah ada yang siap panen langsung sudah ada yang menebas atau memborong. Sekali menebas atau memborong pisang yang sudah panen bisa mencapai Rp2 juta dan dengan hasil itu bisa memenuhi kebutuhan keluarga.
"Saya memilih pisang sendiri karena perawatannya cukup mudah tinggal diberikan pupuk kandang, tanah di sekitar pohon pisang harus dibersihkan dari rumput pengganggu, dan penggemburan tanah supaya bonggol pisang berkembang. Semoga ke depan banyak bermunculan petani milenial yang inovatif dan mempunyai jiwa pertanian yang tinggi," tandasnya. (nov)