PETUNGKRIYONO - Pemkab Pekalongan sudah mengagendakan untuk membangun beberapa ruas jalan di ujung selatan Kecamatan Petungkriyono. Sejumlah ruas jalan itu masing-masing Yosorejo- Curugmuncar, Sikucing- Gumelem-Igir Gede, dan ruas Igir Gede-Simego. Demikian disampaikan Camat Petungkriyono Farid Abdul Hakim, Minggu (9/2/2020). Dikatakan, total alokasi anggaran yang disiapkan untuk membangun ketiga ruas jalan itu sekitar Rp 11,8 miliar.
"Kecamatan Petungkriyono sekarang bukan lagi wilayah terpinggirkan. Banyak alokasi anggaran yang masuk ke sini. Salah satunya, secara bertahap untuk membangun infrastruktur jalan di sini," kata dia.
Dikatakan, sebagian besar kondisi jalan di wilayah paling tinggi di Kota Santri ini jalannya sudah bagus. Memang ada beberapa ruas jalan yang belum ditangani seperti di Desa Simego yang kerap diviralkan di media sosial. Namun, kata dia, jalan di wilayah itu rencananya akan digarap di tahun 2020.
Seperti diberitakan, Desa Simego, Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan merupakan salah satu desa terpencil di pegunungan tertinggi di Kota Santri. Akses jalan menuju ke desa dengan ketinggian 2.400 mdpl ini sangat sulit dan medannya ekstrem, sehingga membahayakan pengguna jalan.
Akses kesehatan, pendidikan, dan perekonomian warga desa setempat ke pusat ibu kota kecamatan atau ke pusat pemerintahan di Kota Kajen sangat sulit. Biaya sewa doplak ke Kota Kajen dari desa ini saja Rp 400 ribu.
"Jika warga ingin tilik orang sakit di rumah sakit di Kajen ongkos sewa doplaknya saja sudah Rp 400 ribu," terang Aji Suntoro, tokoh masyarakat desa setempat saat dihubungi Radar.
Diakuinya, jalan dari arah kecamatan, atau dari arah sebelah timur melalui Desa Gumelem menuju ke Desa Simego rusak. Demikian pula jalur ke arah barat atau menuju ke Kabupaten Banjarnegara juga parah. "Jalan kabupaten yang membelah Desa Simego sepanjang 15 km juga rusak," terang dia.
Disebutkan, di desa itu ada lima pedukuhan, yakni Dukuh Kubang, Gumenyep, Sabrang, Igir Gede, dan Dukuh Simego. Diterangkan, jalan dari Dukuh Kubang ke Igir Gede sepanjang 7 km, dan dari Dukuh Igir Gede - Gumelem sepanjang 7, 5 km, rusak. "Kerusakan paling parah di Igir Gede. Desa Simego ini memanjang dengan jarak antar dukuh cukup jauh," terang dia.
Dengan kondisi jalan yang rusak dan medannya sulit, kata dia, akses pendidikan, kesehatan, dan ekonomi sulit. Harga-harga pun di desa ikut tinggi dibanding dengan wilayah lain di sekitarnya. "Petani di sini beli pupuk lebih mahal tapi saat panen raya, harganya justru lebih rendah karena akses jalan yang sulit," keluh dia.
Untuk akses kesehatan, kata dia, sudah ada mobil siaga dari pihak desa. Namun, dengan medan yang sulit itu membuat warga sulit menjangkau fasilitas kesehatan dengan cepat dan nyaman. "Untuk ibu hamil biasanya sudah dirujuk mendekati hari penentuan lahir. Jika sudah mulai bukaan dan baru dilarikan ke puskesmas atau rumah sakit bisa brojol di jalan karena jalannya rusak seperti itu," ungkap dia.
Sementara itu, untuk anak-anak sekolah mayoritas diantar orang tuanya menggunakan sepeda motor. Bagi pelajar SMA harus mengeluarkan biaya tambahan untuk tempat kost. "Sepatu di sini cepat jebol karena jalannya sangat jelek," tutur dia.
Jarak tempuh desa ini ke pusat ibu kota pemerintahan sekitar tiga jam lebih, jika ditempuh melalui jalur Banjarnegara. Oleh karena itu, masyarakat desa setempat lebih memilih membuka akses perekonomiannya ke Kabupaten Banjarnegara. Masyarakat desa setempat yang mayoritas petani memilih menjual hasil pertaniannya seperti kentang, kubis, dan sebagainya ke Pasar Kalibening, Kabupaten Banjarnegara. Pasalnya, akses jalan ke kabupaten tentangga itu lebih dekat, sekitar 10 kilometer, dibandingkan akses ke pasar di pusat kecamatan yang jaraknya mencapai 36 kilometer. Namun, akses jalan baik ke arah Petungkriyono maupun Banjarnegara sama-sama sulitnya. (had)