Prabowo juga berdiskusi beberapa kali dengan tim debat di BPN. Namun, dalam hal ini, BPN hanya memberikan saran. Sebab, bagaimanapun, yang bertarung adalah Prabowo. ''Kami sebenarnya sempat 'memaksa' Pak Prabowo untuk menghafal singkatan-singkatan,'' tuturnya dengan nada bercanda. Tujuannya, mengantisipasi pertanyaan jebakan dari Jokowi.
Namun, ternyata Prabowo menolak. "Beliau yakin Pak Jokowi sudah berubah dan menjadi negarawan," ucap politikus Partai Gerindra itu. Prabowo yakin pertanyaan teknis macam itu tidak akan keluar di forum debat yang melibatkan negarawan. Sebab, kemampuan calon presiden tidak bisa diukur hanya dari pengetahuan akan singkatan-singkatan.
Tim debat sebenarnya juga menyarankan Prabowo untuk mengeluarkan pertanyaan yang tajam kepada Jokowi. Harapannya, Jokowi susah menjawab pertanyaan tersebut. Namun, tutur Haryyadin, Prabowo tidak suka mempermalukan orang lain meski itu lawannya.
Selain sesi diskusi terbuka, Prabowo mengadakan diskusi tertutup berupa focus group discussion. Itu dapat menajamkan ide-ide yang sudah ada di kepala. Dalam kesempatan tersebut, Prabowo mengundang pakar untuk mendengarkan idenya. Kemudian, para pakar diminta mengkritisi ide-ide yang sudah disampaikan.
Sejauh ini, dalam menyiapkan debat, ciri khas Prabowo adalah orisinalitas. Tidak mau mengubah gaya. ''Tidak ada gestur-gestur yang dilatih terlebih dahulu sehingga natural saja,'' ucap alumnus Monash University Australia tersebut. Dengan begitu, yang disaksikan masyarakat Indonesia dalam debat nanti, itulah aslinya Prabowo.
Khusus segmen keempat, menurut Haryyadin, bakal menjadi peluang tersendiri bagi Prabowo. Pihaknya sudah memberikan amunisi untuk berdebat di segmen tersebut. Selain itu, Prabowo terlihat bersemangat dengan adanya sesi tersebut. Sebab, dia bisa mengeksplorasi lebih jauh.
Haryyadin menambahkan, dari lima tema, ada dua yang mendapat perhatian lebih dari Prabowo. Yakni, pangan dan energi. Alasannya, dalam dua persoalan tersebut, Indonesia benar-benar butuh solusi. Pada dua hal itu, Prabowo akan lebih banyak memberikan solusi yang berbeda dengan yang dikerjakan pemerintah saat ini. Sementara itu, untuk tiga tema lainnya, relatif lebih berimbang antara kritik dan solusi.
Di sisi lain, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menitipkan satu bahasan bagi para capres yang akan berdebat hari ini. Perizinan di sektor kehutanan terindikasi masih menjadi salah satu "lahan basah" bagi para mafia sumber daya alam (SDA). Tidak tanggung-tanggung, untuk izin hak pengusahaan hutan dan hutan tanaman industri, misalnya, potensi transaksi korupsinya mencapai Rp 688 juta hingga Rp 22,6 miliar setiap tahun.
Indikasi itu merupakan temuan KPK. KPK pun berharap temuan tersebut menjadi perhatian pihak terkait, khususnya para kandidat calon presiden (capres), yang bakal berdebat terkait energi, pangan, dan sumber daya alam hari ini (17/2). "Perizinan SDA memang rentan suap dan pemerasan," kata Juru Bicara KPK Febri Diansyah kemarin. (jawapos)