KOTA - Kasus pembunuhan sadis terhadap seorang remaja yang juga pelajar SMK di bantaran Sungai Banger Lama, Krapyak, Pekalongan Utara, Kota Pekalongan satu pekan lalu sampai saat ini masih terus menjadi perbincangan masyarakat Pekalongan.
Apalagi, kedua tersangka masih kategori di bawah umur. KNP alias NK berusia 17 tahun, sementara pacarnya, S, masih berusia 16 tahun.
Dari hasil pemeriksaan polisi maupun penelusuran di lapangan, diketahui bahwa pelaku utama dalam kasus tersebut, NK, adalah remaja putus sekolah. Selain itu, NK juga berasal dari keluarga 'broken home'.
Ayah ibunya sudah bercerai sejak lama. Sang ayah bekerja sebagai buruh pabrik dan tinggal di Padukuhankraton. Sementara sang ibu sudah menikah lagi dan tinggal di Weleri, Kabupaten Kendal.
NK sendiri pernah belajar di bangku SMP, namun hanya sampai kelas VII, kemudian tidak melanjutkan sekolahnya. Setelah itu, NK sempat mondok di daerah Comal, Pemalang. Namun lagi-lagi, hanya bertahan satu tahun, setelah itu tidak melanjutkan..
Penelusuran Radar Pekalongan, NK beralamat di daerah Kalibanger, Pekalongan Timur dan di Padukuhankraton, Kecamatan Pekalongan Utara. Sesekali, NK pulang ke rumah neneknya di daerah Kalibanger.
Menurut keterangan Ketua RT 03 RW 09 Kraton Lor, Kelurahan Padukuhankraton, Rohgiarti, setahu dia NK sebelumnya lebih sering tinggal di rumah sang nenek. Namun beberapa bulan terakhir, NK beberapa kali tinggal di rumah sang ayah di Kraton Lor, Padukuhankraton.
Sepengatahuannya, dalam kesehariannya NK adalah sosok pendiam. "Dalam kesehariannya dia itu anaknya cenderung pendiam, dan tidak bikin ulah di kampung. Anaknya jarang kumpul-kumpul dengan anak-anak sini. Kalau di sini pun seringnya hanya nongkrong di teras rumah simbahnya," ungkapnya didampingi anggota Bhabinkamtibmas setempat, kemarin (22/7/2020).
Rohgiarti pun kaget begitu mendengar ada kasus pembunuhan yang diduga dilakukan NK. "Ya kaget, karena dia itu anaknya cenderung pendiam," tandasnya.
Disampaikan Rohgiarti, NK baru beberapa bulan terakhir sering terlihat ke rumah orangtuanya di Padukuhankraton tersebut. "Beberapa bulan terakhir, tapi memang tidak pasti. Kadang tinggal di sini sehari, lalu besoknya ke mana lagi," ungkapnya.
Sebagai Ketua RT, Rohgiarti mengaku prihatin dengan terjadinya tindak pidana yang diduga dilakukan oleh salah satu warganya yang masih berusia remaja tersebut. Dia berharap, kejadian tersebut adalah yang terakhir, baik untuk remaja setempat maupun Pekalongan pada umumnya.
"Ke depan, kami akan berkoordinasi dengan pihak terkait, baik kepolisian maupun pemerintah daerah untuk memberikan sosialisasi dan pencerahan untuk mencegah terjadinya kenakalan remaja maupun tindak pidana yang dilakukan oleh remaja atau anak," imbuhnya. (way)