RADARPEKALONGAN.DISWAY.ID - Kasus bunuh diri pelajar SD di Kabupaten Pekalongan memicu keprihatinan semua pihak. Bagaimana kasus itu bisa terjadi dari sudut pandang psikolog? Berikut ulasannya.
Ketua Himpunan Psikolog Indonesia (HIMPSI) Eks Karisidenan Pekalongan, Nur Agustina SP.PSi.M.M, Kamis, 23 November 2023, menyebutkan, fenomea remaja atau anak yang mengakhiri hidupnya dengan cara-cara yang tidak semestinya, sudah pernah terjadi. Salah satu pemicunya bisa jadi terkesan sepele, yakni diminta atau dilarang pada saat main gadget.
Apakah dalam kasus anak SD di Doro, Kabupaten Pekalongan, penyebab utamanya adalah pelarangan main ponsel? Menurut Nur Agustina, itu perlu didalami lebih lanjut. Apakah betul penyebab utamanya akibat pelarangan main ponsel oleh sang ibu? Atau ada faktor lain yang justru jadi penyebab utamanya.
Menurutnya, perlu juga didalami sebelum peristiwa itu terjadi. Apakah anak ini masuk kategori kecanduan gatget atau tidak? Konten yang dilihatnya, apakah banyak di luar konten pelajaran sekolah atau tidak? Hal itu, kata dia, patut menjadi dasar penelusuran penyebab utama peristiwa tragis tersebut.
Disebutkan, anak kecanduan gadget biasanya memiliki ciri-ciri malas mengerjakan tugas sekolah. Ia enjoy main game online. Kondisi ini sangat berdampak terhadap kondisi kejiwaan sang anak.
"Bahkan dapat berdampak terhadap kejiwaan teknologi mereka," kata Nur Agustina.
Nur Agustina menyatakan, banyak penelitian membuktikan mereka yang adiksi atau pecandu gadget berdampak terhadap gangguan kejiwaan teknologi. Jika diteliti, lanjut dia, sebetulnya seseorang menikmati tayangan atau konten yang menyenangkan, pemicunya itu di otak. Hampir sama dengan hal-hal yang ia alami dan menyenangkan.
Otak akan memproduksi dopamin atau hormon yang membuat bahagia. Dopamin ini biasanya didapatkan melalui gaya hidup sehat dan sesuatu yang membuat bahagia seperti bermain gaway. "Nah,konten-konten di gaway juga seperti itu. Tetapi penggunaaan yang cukup intens dalam jangka panjang dan lama, juga berdampak pada pengaruh kesehatan kejiwaan," tuturnya.
Baca lagi:Pelajar Kelas 5 SD di Pekalongan Akhiri Hidup Diduga Kecanduan Main Game di Ponsel
Dikatakan, bagian otak memang berfungsi untuk mengatur berbagai hal. Misalnya menimbang beberapa hal tentang baik dan buruk, memprediksi dan merencanakan masa depan dan sebagainya.
"Jika orang yang terindikasi mengalami gangguan perilaku yang dikenal dengan adiksi. Gadget itu berpengaruh pada cara dia merespon situasi-situasi tertentu," kata Nur Agustina.
Oleh sebab itu, jika ditemukan anak yang sudah kecanduan gatget, lalu dipisahkan dari gadgetnya, maka perilakunya menjadi inklusif. Misalnya ia akan agresif, bisa dalam bentuk fisik. Seperti suka marah, memecah barang di rumah atau mengancam untuk melakukan tindakan-tindakan yang menyakiti dirinya.
"Itu bisa saja terjadi, misal bisa bandingkan dengan orang yang adiksi narkoba. Jika mereka saat putus obat, perilakunya juga menunjukkan perilaku-perilaku yang diluar orang pada umumnya. Itu sama, seperti para pecandu gadget," terangnya.