Pada novel ini, disajikan periode kehidupan Minke yang melakukan observasi atau turun ke bawah mencari serangkaian spirit lapangan dan kehidupan arus bawah Pribumi yang tak berdaya melawan kekuatan raksasa Eropa.
Dalam situasi ini, Minke dilingkupi kekaguman yang melimpah kepada bangsa Eropa, meski jiwanya juga teriris akibat kenyataan bahwa bangsanya sangatlah kerdil.
Sepotong perjalanannya ke Tulangan Sidoarjo dan pertemuannya dengan Khouw Ah Soe, seorang aktivis pergerakan Tionghoa, korespondensinya dengan keluarga De la Croix (Sarah, Miriam, Herbert), teman Eropanya yang liberal, dan petuah-petuah Nyai Ontosoroh, mertua sekaligus guru agungnya.
Melalui perjalanan penuh maknanya, hati Minke tergugah akan kesadaran bahwa sejatinya ia adalah anak semua bangsa dari segala jaman yang harus menulis dalam bahasa bangsanya (Melayu) dan berbuat untuk manusia-manusia bangsanya.
BACA JUGA Best Seller! Ini 3 Rekomendasi Novel Remaja Ringan dan Terbaik Untuk Isi Waktu Luangmu
3. Jejak Langkah
Fase dalam novel ini merupakan fase pengorganisasian dan perlawanan. Minke menyusun berbagai cara untuk melawan dan menggulingkan kekuasaan Hindia yang telah berabad-abad mengungkung Indonesia atau Nusantara.
Namun Minke tak pilih perlawanan bersenjata. Ia memilih jalan jurnalistik dengan membuat sebanyak-banyaknya bacaan Pribumi. Salah satu yang paling terkenal tentu saja Medan Prijaji.
Ada tiga hal yang diserukan Minke dalam tulisan-tulisannya, yakni bahwa rakyat pribumi harus meningkatkan boikot, berorganisasi, dan menghapuskan kebudayaan feodalistik.
Sekaligus lewat langkah jurnalistik, Minke berseru-seru: “Didiklah rakyat dengan organisasi dan didiklah penguasa dengan perlawanan”.
4. Rumah Kaca
Menjadi novel terakhir dari Tetralogi Buru, novel dengan judul Rumah Kaca ini menampilkan bagaimana usaha kolonial memukul semua kegiatan kaum pergerakan dalam sebuah operasi pengarsipan yang rapi.
Arsip adalah mata radar Hindia yang ditaruh di mana-mana untuk merekam apa pun yang digiatkan aktivis pergerakan itu. Pram dengan cerdas mengistilahkan politik arsip itu sebagai kegiatan pe-rumahkaca-an.
Itulah urutan membaca novel Tetralogi Buru karya Pram sekaligus deskripsi singkat dari setiap serinya. Tertarik untuk menjelajahi sejarah melalui novel yang satu ini? (*)