*Cerita Warga Tirto Bebas dari Banjir
KOTA - Pemandangan tak biasa di wilayah RT 3 RW 1 Kelurahan Tirto. Kesibukan seputar evakuasi, warga yang mengungsi, permintaan bantuan, rumah yang ditinggalkan dan kisah-kisah sedih lain sudah tak lagi terdengar. Di tepi Sungai Bremi, di Posko Jogo Kali, warga setempat justru tengah menikmati suasana mendung siang itu. Anak-anak berlarian, warga lainya juga sibuk beraktivitas seperti biasa.
Wilayah yang sebelumnya selalu menjadi yang pertama tergenang setiap kali hujan deras mengguyur Kota Pekalongan, kini justru terlihat kering. Padahal, dalam dua hari terakhir hujan dengan intensitas tinggi terjadi yang menyebabkan banjir merendam sejumlah kelurahan.
Jika mengenang satu tahun ke belakang, dalam situasi musim hujan yang mulai hadir seperti saat ini warga dipastikan mulai diliputi kecemasan. Hati mereka tak tenang setiap hujan deras mengguyur. Bagaimana tidak, cukup satu jam turun hujan dengan intensitas tinggi maka mereka sudah bersiap mengungsi.
Kisah-kisah sedih lainya kemudian mulai saling menyusul. Tengah malam mereka harus berpindah ke lokasi pengungsian. Terpaksa tidur dan berkegiatan di sana. Rumah harus ditinggalkan dengan segala kondisi yang belum tentu aman. Mereka selalu menunggu suplai bantuan, orang tua dan anak-anak harus dibantu untuk keluar dari kepungan banjir.
Pemandangan dan kepanikan itu terakhir kali dirasakan warga setempat awal tahun 2020 lalu. Kini mereka dapat bernafas lega dan tak selalu diliputi kecemasan tiap musim hujan tiba. Situasi tersebut tak tiba-tiba tercipta, namun merupakan buah dari gotong royong yang digalakan oleh warga.
Dikomandoi oleh Triono, Ketua RT 3 RW 1, warga berhasil membangun parapet sepanjang 200 meter dengan tinggi 70 sentimeter. Parapet tersebut kini terbukti efektif menghalau air limpas ke pemukiman warga. Menghilangkan banjir yang sudah belasan tahun akrab mampir di wilayah itu.
Warga bersatu padu mengebut pembangunan parapet tersebut usai Idulfitri tahun 2020 lalu. Biayanyapun iuran. Masing-masing kepala keluarga (KK) ditarik iuran sebesar Rp 180 ribu dengan sistem dicicil selama sembilan minggu agar tak memberatkan. Hasilnya kemudian digunakan untuk membangun parapet tahap pertama.
Namun karena terbatasnya biaya, warga diwakili ketua RT kemudian meminta bantuan sejumlah pihak. Paguyuban warga Tionghoa, ketua DPRD saat itu, Balgis Diab, hingga paguyuban ASN Kota Pekalongan turut serta membantu baik material maupun uang tunai. Dilengkapi dana dari DID dari Pemkot Pekalongan, akhirnya terbangun parapet sepanjang 200 meter.
Seluruh pekerjaan parapet, dikeroyok oleh warga setempat yang kompak turut serta dibantu beberapa tukang ahli. Total selama 40 hari parapet sudah terbangun sempurna sepanjang 200 meter di tepi Sungai Bremi.
"Alhamdulillah tahun ini wilayah RT 3 RW 1 sudah bebas dari banjir baik banjir rob maupun banjir dari air hujan. Padahal sebelumnya kalau melihat hujan yang terjadi dua hari terakhir, minimal di wilayah ini sudah ada genangan setinggi 1 meter," tutur Ketua RT setempat, Triono, Rabu (20/1/2021).
Menurutnya, akibat hujan kemarin masih ada genangan namun hanya setinggi mata kaki orang dewasa. Pun hanya ada di akses jalan sepanjang sekitar 10 meter saja. "Itu dari hujan kemarin tapi hanya semata kaki. Selebihnya, wilayah kami sudah kering dan bebas dari banjir," tambahnya.
Selain parapet, terdapat satu pompa yang berfungsi menyedot dan membuang genangan air yang ada. "Pompa kami tempatkan di ujung sungai yang berfungsi untuk membuang air dari hujan. Sebelumnya pompa tak bisa berfungsi karena air dari sungai melimpas. Kini setelah ada parapet pompa dapat berfungsi optimal untuk menyedot genangan air akibat hujan," kata pria yang juga jurnalis televisi tersebut.
Dia menjelaskan, wilayah tersebut sebelumnya memang menjadi pusat berkumpulnya air jika terjadi hujan maupun banjir rob. Jika terjadi hujan, air dari berbagai penjuru berkumpul di wilayah tersebut dan tak bisa mengalir karena permukaan sungai yang sudah tinggi. Begitupun ketika terjadi banjir rob, permukaan sungai yang naik dipastikan limpas ke pemukiman warga.
Triono menyatakan, kini dirinya bersama warga tengah merencanakan pembangunan polder dan rumah pompa permanen untuk menyempurnakan sistem penghalau banjir. "Kini kami tengah mengajukan lagi anggaran untuk pembangunan polder. Nantinya polder berfungsi menampung air dari hujan dan kemudian akan dipompa untuk dibuang ke sungai. Semoga bisa terwujud sehingga warga dapat semakin nyaman benar-benar bebas dari banjir," tandasnya.(nul)