KOTA - Kontrak proyek penanganan banjir dan rob di Kota Pekalongan sudah resmi ditandatangani per 4 Oktober 2021. Dengan demikian, tahapan pelaksanaan kegiatan senilai Rp 1,2 triliun tersebut sudah dimulai. Saat ini, tim lapangan sudah mulai melakukan survei dan inventarisasi terkait rencana pelaksanaan pekerjaaan.
PPK Sungai-Pantai 2 BBWS Pemali-Juana, Dani Prasetyo mengungkapkan, proyek dari Kementrian PUPR tersebut terdiri dari tiga paket yakni paket 1, paket 2 dan paket 3. Ketiga paket dilaksanaan bersamaan dengan target pengerjaan selama 720 hari atau selesai pada tahun 2023.
Dia memaparkan, untuk tahap pertama akan dikerjakan terlebih dulu pembangunan kolam retensi seluas 8,2 hektar. Kolam tersebut nantinya akan dijadikan lokasi tambat labuh kapal yang selama ini menempati alur Sungai Loji. Setelah kapal dipindahkan, baru kemudian pembangunan bendung gerak akan mulai dilakukan.
"Awal akan fokus memindah kapal dulu, kurang lebih antara lima sampai enam bulan untuk pemindahan kapal, Baru setelah itu pengerjaan bendung gerak, pemasangan pompa, pembangunan tanggul dan normalisasi sungai. Pengerjaan fisik sudah dimulai setelah penandatanganan kontrak per 4 Oktober 2021. Saat ini sudah mulai dilakukan survei dan inventarisasi di lapangan," jelasnya yang ditemui usai kegiatan sosialisasi proyek penanganan banjir dan rob di Guest House Wali Kota, Selasa (5/10/2021) malam.
Dia melanjutkan, anggaran sebesar Rp 1,2 triliun dibagi dalam tiga paket masing-masing untuk penanganan di sistem drainase Sungai Loji sebesar RP 485 miliar, paket 2 untuk penanganan di sistem drainase Sungai Banger-Sungai Gabus sebesar Rp 303 miliar dan paket 3 untuk penanganan di sistem Sibulanan-Clumprit-Susukan sebesar RP 425 miliar.
Dani melanjutkan, proyek penanganan banjir dan rob berfokus untuk menutup akses masuknya rob ke saluran pemukiman melalui pembangunan tanggul, baik tanggul laut maupun tanggul sungai di beberapa titik. Kemudian dibangun bendung gerak di muara Sungai Loji dengan lebar 40 meter yang terdiri dari lima pintu dengan ukuran masing-masing 8 meter per pintu. Bendung gerak tidak dibuat permanen namun bisa dibuka tutup menyesuaikan kondisi air dari hulu maupun dari laut.
"Sementara untuk aliran air dari sungai, semuanya diarahkan ke kolam retensi dan selanjutnya dibuang dengan pompa. Sungai juga akan dinormalisasi dengan dikeruk dan dibuat oeninggian tanggul. Kemudian ada beberapa drainase yang menuju Sungai Loji juga akan diperbaiki," tambahnya.
Melalui rangkaian sistem itu, elevasi air bisa dikendalikan sehingga bisa mencegah banjir yang bersumber baik dari air hujan maupun rob. "Berdasarkan hasil data kajian kami, pada Juni-Juli 2020 lalu luas genangan di Kota Pekalongan yang terdampak banjir rob mencapai 618 hektar. Ini menurut kami cukup besar. Di Semarang saja tidak sampai seluas ini sehingga ini harus segera diatasi. Dengan proyek ini harapan kami banjir rob di Kota Pekalongan bisa terkurangi secara bertahap dan bisa terkendalikan," tandasnya.(nul)