**Dari Gatal Hingga Flu
TIRTO - Puluhan pengungsi korban banjir di Kabupaten Pekalongan terserang penyakit. Mereka mengeluhkan gatal-gatal, batuk, pilek, pusing, dan demam. Bahkan, ada dua balita yang menderita diare karena masuk angin.
Para pengungsi yang menderita sejumlah penyakit ini bisa tertangani dengan baik berkat pelayanan kesehatan yang dilakukan petugas Dinas Kesehatan (Dinkes) dan PMI Kabupaten Pekalongan. Sehingga, keluhan mereka bisa segera diobati dan selama dua hari di posko pengungsian, tidak ada pengungsi yang perlu dirujuk ke rumah sakit. "Untuk kondisi pengungsi seperti panjenengan lihat kondisinya saat ini sehat-sehat," ujar Kepala Dinkes Kabupaten Pekalongan Setiawan Dwiantoro, ditemui di posko pengungsian Masjid Dupantex, Sabtu (22/2/2020) siang.
Disebutkan, pengungsi yang minta layanan pemeriksaan kesehatan pada Jumat (21/2/2029) malam ada 70 orang, ditambah pada Sabtu sebanyak 39 orang.
"Rata-rata penyakit yang diderita gatal, pusing, demam, dan ada dua balita yang karena kedinginan terjadi diare karena masuk angin, dan itu sudah tertangani dengan baik dan tadi pagi periksa lagi sudah sehat dengan nama Aqila dan Nabila," terang dia.
Menurutnya, selama para pengungsi dua hari di posko semuanya bisa ditangani di posko pengungsian, sehingga tidak ada yang dirujuk ke rumah sakit. "Petugas kami dan BPD siaga 24 Jam. Satu hari tiga shift, yakni pukul 08.00 WIB pagi 16.00 WIB, pukul 16.00 WIB hingga 21.00 WIB, dan shift ketiga pukul 21.00 WIB hingga 08.00 WIB," terang dia.
Ditandaskan, untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi para pengungsi, selain personel disiagakan selama 24 jam pasokan obat-obatan juga aman. "Dimana ada posko pengungsian, petugas standby 24 jam dan persediaan obat-obatan disiapkan," tandas dia.
Menurutnya, lokasi pengungsian selain di Masjid Dupantex, juga ada di Lokatex untuk pengungsi dari wilayah Siwalan dan sekitarnya. "Siang hari posko pengungsian biasanya adanya ibu-ibu dan anak-anak. Malam biasanya bertambah dan penuh," katanya.
Selain siaga di posko pengungsian, imbuh dia, Dinkes juga menyiapkan tim kesehatan mobile. Tim ini akan menyisir desa-desa yang tergenang banjir dan melakukan pengobatan massal di spot-spot masyarakat biasa berkumpul.
Sementara itu, Humas PMI Kabupaten Pekalongan M Rofik Maulana, mengatakan, PMI bekerja sama dengan Dinas Kesehatan membuka pelayanan kesehatan di lokasi pengungsian yang berada di Masjid Dupantex dan Lokatex. Diterangkan, total jumlah pengungsi di Masjid PT Dupantex 240 jiwa, puluhan orang di antaranya mengecek kesehatannya di posko kesehatan yang ada.
"Mayoritas warga yang mendapatkan pelayanan kesehatan menderita gatal-gatal, batuk, pilek dan diare," terang dia.
Nursikhah, salah satu pengusi di PT Dupantex, mengatakan, masyarakat sudah banyak yang terkena pilek, batuk, dan gatal-gatal. "Saya sendiri mengalami batuk dan pilek," keluh dia.
Nursikhah pun berterima kasih kepada petugas kesehatan yang disiagakan BPBD, baik itu dari Dinkes maupun PMI. "Alhamdulillah dengan datangnya PMI ke sini kami dan warga sudah sangat terbantu karena saya bisa langsung cek kondisi kesehatan seperti pemeriksaan tekanan darah," kata dia.
Bukan hanya di pemerikasaan kesehatan, PMI Kabupaten Pekalongan juga membatu dapur umum yang bekerja sama dengan BPBD Kabupaten Pekalongan sejak tanggal 20 Februari 2020. Selain itu, PMI juga menerjunkan sebanyak 50 personel untuk melakukan pelayanan, seperti pelayanan asessment, evakuasi, distribusi, PSP dan pelayanan ambulans kepada warga yang terdampak banjir dan para pengungsi. "PMI juga siaga di Markas PMI Kabupaten Pekalongan selama 24 jam. Jika sewaktu-waktu membutuhkan pelayanan PMI, entah itu ambulans, kecelakaan, dan bencana kami siap kapan pun dan dimanapun," tandas dia. (had)