Nah setelah mengatakan kalimat teguran, kemudian berikan kelembutan kepada anak dengan kalimat pujian seperti,
"Minggu kemarin kamu sudah pintar loh selalu pulang tepat waktu dan mengabari bunda. Bunda harap kamu bisa lebih disiplin dalam mengatur waktu ya."
Dengan cara seperti ini akan menghindari memori anak merekam kalimat yang negatif, dan mungkin akan mempengaruhi mental dan karakter anak.
Karena teguran yang keras, dalam durasi lama dan sering, bisa mempengaruhi mental anak menjadi lebih minder, penakut, dan sejenisnya.
Atau bisa juga membentuk anak dengan karakter yang keras dan egois karena selalu diberi teguran dengan keras. Anak juga akan menjadi takut kepada orang tuanya sehingga hubungan antara anak dan orang tua bisa menjauh.
Jadi saat anak berbuat salah tetap perlu diberi teguran namun tidak dianjurkan dengan cara yang keras. Tegurlah anak dengan cara yang bijak dan tetap menunjukkan kasih sayang sebagai orang tua.
Pujian yang diberikan setelah menegur anak juga bertujuan untuk membuat anak tetap nyaman dan aman. Sehingga anak juga akan lebih patuh dan tidak menentang saat ditegur atau dinasehati karena mereka merasa tetap disayangi dan dihargai saat ditegur.
Jadi dalam usaha menegur anak agar tidak melakukan kesalahan yang sama pun butuh cara yang baik dengan tetap mengedepankan kasih sayang dan berlemah lembut kepada anak. Sehingga respon yang diterima dan timbal balik dari anak juga akan baik.
Ada kalanya amarah memang memuncak saat anak melakukan kesalahan. Namun di sinilah cara orang tua untuk mengontrol emosi diperlukan agar tidak gegabah dalam mengambil tindakan.
Karena anak adalah cerminan orang tua dan apa yang kita lakukan kepada anak akan membekas dan dapat membentuk karakter hingga ia tumbuh dewasa nanti.
Sehingga penting untuk orang tua terus belajar dan memahami bagaimana sikap yang baik dalam mendidik dan memahami anak, termasuk ketika hendak menegur anak yang berbuat salah.(*)