Angka Pernikahan di Kota Pekalongan dan Indonesia Terus Menurun, Ini Tanggapan Sosiolog UGM

Senin 25-03-2024,22:46 WIB
Reporter : Wahyu Hidayat
Editor : Wahyu Hidayat

Dalam jangka menengah, dia memandang perlu ada fasilitasi ruang-ruang sosial yang lebih interaktif. Perlu ruang-ruang bersama agar orang tidak hanya hadir di ruang digital. 

Dalam konteks ini, menurutnya organisasi seperti NU punya 'kekayaan' yang menghadirkan perjumpaan-perjumpaan komunal atau sosial. Tradisi-tradisi yang biasa dilaksanakan Nahdliyyin, misal doa bersama, pengajian, acara tahlilan, maupun perjumpaan-perjumpaan sosial dari level kecil atau mikro masih terus dilakukan. 

"Nahdliyyin dalam hal ini cukup beruntung. Punya ruang-ruang sosial yang jadi ajang perjumpaan. NU punya tradisi atau sistem mobilisasi sampai tingkat mikro," katanya.

Hal inilah salah satunya yang dapat memfasilitasi hubungan manusia yang lebih baik. "Sekarang kadang-kadang romantisme digantikan teknologi, romantisme artifisial di dunia maya," ujarnya.

BACA JUGA:Bukan hanya Cinta, Ini yang Harus Dijadikan Landasan Utama dalam Pernikahan Menurut dr Aisah Dahlan

Semakin meningkatnya biaya hidup juga memengaruhi anak muda untuk mulai membangun sebuah keluarga.

Peran tokoh agama, menurut Najib Azca juga memegang peranan penting untuk mensyiarkan bahwa menikah dan membangun keluarga yang baik dan harmonis merupakan salah satu pilar agar hidup lebih baik. 

"Gerakan Keluarga Maslahat yang dilaksanakan oleh NU juga merupakan salah satu intervensi untuk menciptakan kehidupan berkeluarga yang baik dan harmonis di masyarakat kita," ungkapnya. (way)

Kategori :