BATANG, RADAR PEKALONGAN.DISWAY.ID - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Batang Mencatat ada lima orang meninggal dunia lantaran Demam Berdarah Dengue (DBD). Kelima pasien DBD yang meninggal merupakan anak usia sekolah dasar.
"Iya semuanya anak-anak usia Sekolah dasar, ada yang delapan tahun, ada yang sembilan tahun," ujar Kepala Seksi Penanganan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinkes Kabupaten Batang, Muh Wahyudi, saat diwawancarai di kantornya, beberapa waktu lalu.
Disebutkannya, jumlah kasus DBD sejak awal tahun hingga April 2024 mencapai 71 kasus. Namun pasiennya tidak hanya anak-anak, ada juga orang dewasa hingga lansia.
Wahyudi menyebut pada 2023, jumlah kasus DBD mencapai 192 laporan pada tahun lalu. Angka kematian DBD pada tahun lalu mencapai delapan orang. Harapannya, tahun ini tidak melebihi tahun lalu.
BACA JUGA:Pelajar Kena Demam Berdarah, SMAN Talun Difogging, Awal Tahun 2024 Kasus DBD di Talun Naik
Angka kematian itu terlaporkan berdasarkan laporan yang diterima dari RSUD Batang, RSUD Limpung, dan RSQIM.
"Mayoritas saat datang ke rumah sakit sudah dalam kondisi shock. Udah ada perdarahan pecah. Ada yang baru sampai IGD sudah meninggal," ucapnya.
Wahyudi mengingatkan bahwa fase DBD mirip pelana kuda meliputi Fase panas 3-5 Hari. Lalu dilanjutkan fase kritis. Pada fase kritis ini suhu badan turun dan kelihatan sembuh, padahal justru berbahaya.
Perdarahan di dalam tubuh terus terjadi dan shock rawan terjadi. Jika sudah melewati fase kritis maka pasien DBD akan mulai fase pemulihan.
BACA JUGA:Cegah Kasus DBD, Dinkes Kabupaten Pekalongan Ajak Warga Giatkan Pembersihan Sarang Nyamuk
"Terjadi peningkatan kasus DBD di akhir April sama awal Mei. Faktor peningkatan adalah cuaca. Pada waktu itu kan kadang seminggu hujan dua hari, lalu panas lama, kemudian hujan lagi," ujarnya.
Lalu ada fenomena baru persebaran kasus DBD. Jika dulu mayoritas kasus hanya di Batang Kota kini sudah merembet ke Pegunungan.
Dulu wilayah Kecamatan Bawang, Kecamatan Blado, Kecamatan Reban jarang ada kasus DBD. Kini sudah ada kasus. Prediksinya karena ada peningkatan ekonomi di wilayah itu.
"Sekarang warga pegunungan tidak hanya petani tapi pengusaha, salah satunya pengusaha rongsok dan sebagainya," jelasnya.
Wahyudi menyebut untuk mencegah kasus DBD makin melonjak, pihaknya sudah melakukan berbagai upaya. Pertama adalah mengalokasikan dan mendistribusikan Rapid Diagnostik Test (RDT) DBD ke puskesmas.