BATANG - Sebanyak 13 ekor sapi yang ada di tiga peternaka di Kabupaten Batang terindikasi mengidap penyakit mulut dan kuku (PMK). Sapi tersebut milik peternak yang ada di Kecamatan Batang, Tersono dan Warungasem.
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan (Dislutkanak) Batang, 13 sapi tersebut rinciannya tiga ekor di Desa Rowobelang Kecamatan Batang, dan tiga ekor Desa Rejosari Barat (Tersono). Sedangkan jumlah terbanyak ditemukan di Desa Menguneng, Kecamatan Warungasem sebanyak tujuh ekor.
Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan, Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan (Dislutkanak) Kabupaten Batang, Syam Manohara, mengungkapkan bahwa gejala klinis yang ditemukan pada sapi-sapi tersebut yaitu hipersalivasi atau berliur tanpa henti, lesi atau sariawan di mulut dan hidung.
"Berdasarkan gejala yang ada tersebut, kita sudah mengambil sampel dari 13 ekor sapi untuk diperiksa di laboratorium. Sampel yang diambil berupa air liur hingga bekas luka dari tubuh sapi," ungkap Syam Manohara, Selasa (17/05/2022).
Syam Manohara menjelaskan, sampel yang diambil tersebut selanjutnya dikirim ke Balai Besar Veteriner Wates, Kulonprogo. Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium sendiri baru muncul setelah tiga hari hingga empat hari.
"Berdasarkan hasil penelusuran, ternyata empat ekor sapi yang di Menguneng dibeli dari Jawa Timur. Tiga sisanya dari Kajen Kabupaten Pekalongan, tapi indikasi juga dari Jatim," beber Syam Manohara.
Syam menambahkan, untuk mengantisipasi penyebaran PMK, pihak Dislutkanak sudah mengedukasi peternak untuk tidak mengeluarkan sapinya ke luar. Sapi harus tetap di kandang hingga sembuh.
"Untuk PMK sendiri hingga saat ini belum ada vaksin. Seperti Covid-19, kesembuhan sapi berasal dari imunitas sapi itu," tandas Syam.
Kepala Dislutkanak Kabupaten Batang, Windu Suriadji meminta masyarakat waspada terhadap sapi murah. Ada kemungkinan peternak nakal yang aji mumpung memanfaatkan wabah PMK.
"Mungkin yang nakal menjual sapi yang terkena terus menjual ke daerah lain, terutama di Jawa Tengah. Dengan murah," pungkas Windu. (don)