KOTA - Pemkot Pekalongan membentuk Polisi Covid-19 yang bertugas untuk memantau dan menjaga ketaatan prokes di pasar baik para pedagang maupun pembeli. Terdiri dari 16 anggota, mereka bertugas berkeliling ke tujuh pasar di Kota Pekalongan setiap hari mulai pukul 08.00 sampai pukul 14.00.
"Pembentukan Polisi Covid-19 ini merupakan instruksi dari Gubernur Jawa Tengah yang kemudian diturunkan ke Pemkot Pekalongan. Kami beranggotakan 16 orang dan bertugas untuk memantau, menjaga dan terus mengingatkan pedagang maupun pembeli agar tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan," tutur Koordinator Polisi Covid-19, Hendy Herwanto.
Seperti yang dilakukan di Pasar Podosugih, Selasa (19/10/2021). Lima anggota Polisi Covid-19, berkeliling memantau ketaatan prokes pedagang. Dengan ramah dan sopan, mereka akan menegur dan mengingatkan jika ada pedagang yang masih abai menjalankan prokes terutama menggunakan masker. Hasil pemantauan sehari-hari, kemudian akan dilaporkan langsung ke Gubernur Jawa Tengah melalui grup WhatsApp dalam bentuk video atau vlog.
"Sesuai dengan instruksi Gubernur, tugas kami adalah 'ngeling-ngelingke' prokes kepada pedagang. Kemudian kami juga diperbantukan dalam agenda vaksinasi di pasar terutama untuk yang lansia karena memang butuh pendekatan. Pertama kali memang masih sulit dalam menertibkan pedagang agar taat prokes tapi saat ini sudah lebih mudah karena semua sudah sadar pentingnya prokes," katanya.
Meski dinamai 'Polisi', namun dikatakan Hendy mereka melakukan pendekatan secara humanis. Jika ada pedagang yang ngeyel, juga tidak akan diberi sanksi. Mereka akan berkoordinasi dengan pengelola pasar, yang sudah lebih dekat ke pedagang, untuk turut membantu sosialisasi prokes. "Tidak ada sanksi. Semua kami sampaikan dengan baik. Kalau ada yang sudah kami koordinasi dengan pengelola pasar agar bisa dibantu," tambahnya.
Dari pengalamanya sejak bertugas mulai Agustus lalu, Hendy mengaku ada dua pasar yang memang agak sulit ditertibkan dalam hal menjaga prokes yakni pedagang di Pasar Sorogenen dan Pasar Grogolan. Kesulitan terjadi karena dua pasar tersebut terbilang besar sehingga area kerjanya juga luas.
"Pedagangnya juga banyak. Kadang sudah diingatkan ketika kami pergi maskernya diturunkan dengan berbagai alasan. Tapi ini menjadi tantangan bagi kami bagaimana bisa memberikan edukasi secara baik-baik sehingga pedagang bisa paham dan mengerti pentingnya prokes. Meskipun kasus Covid-19 di Kota Pekalongan sudah melandai, kita harus tetap menerapkan protokol kesehatan," jelasnya.
Salah satu pedagang Pasar Podosugih, Nur Suwaji, mengaku awalnya kaget dengan adanya Polisi Covid-19 yang setiap hari berkeliling mengingatkan prokes. Namun kini dirinya dan pedagang lain sudah terbiasa dan nyaman dengan kehadiran mereka. "Karena kami dari pedagang juga ingin agar Covid-19 ini segera hilang, semua juga sehat," katanya.
Menurutnya, adanya Covid-19 juga berdampak terhadap pendapatan pedagang. Selama penerapan PPKM Darurat dan PPKM level 4 di Kota Pekalongan, pasar sepi karena pembeli tidak ada yang datang. "Sejak PPKM lalu pembeli jarang datang ke pasar. Sehingga harapan kami Covid-19 segera hilang dan pasar ramai kembali," tandasnya.(nul)