Terendam Banjir, Lima Dukuh Di Gebangkerep Terisolir

Minggu 26-01-2020,16:00 WIB

GUNAKAN RAKIT DARURAT: Akibat akses terisolir, warga Desa Gebangkerep, Kecamatan Sragi, Kabupaten Pekalongan membuat rakit darurat untuk menembus banjir di desa itu, Minggu (26/1). Hadi Waluyo.

SRAGI - Akses warga di lima pedukuhan di Desa Gebangkerep, Kecamatan Sragi, Kabupaten Pekalongan lumpuh, Minggu (26/1). Pasalnya, desa ini terendam banjir dengan ketinggian 30 cm hingga 70 cm akibat meluapnya Sungai Winong.

Diyon, warga Desa Gebangkerep, menerangkan, banjir mulai masuk pemukiman penduduk pada Sabtu (25/1) malam, sekitar pukul 23.00 WIB. Namun malam itu banjir akibat luapan Sungai Winong ini belum terlalu besar, hanya jalan-jalan kampung yang terendam banjir.

"Banjir kian besar pagi tadi. Dari tadi malam itu airnya kian besar, kian besar, dan hingga saat ini belum surut," terang dia, kemarin siang.

Disebutkan, ada lima pedukuhan di desa itu yang terendam banjir. Yakni, Dukuh Banjardowo Lor, Banjardowo Kidul, Banjardowo Tengah, Banjarturi, dan Dukuh Karangtengah. Dikatakan, warga desa tidak mengungsi, namun akses di lima pedukuhan itu terisolir. "Akses sama sekali sulit. Kita tidak bisa ke luar rumah," kata dia.

Dikatakan, ketinggian banjir berkisar antara 30 cm hingga 70 cm. Menurutnya, banjir sebagian besar merendam lingkungan pemukiman warga dan hanya sekitar 30 persen rumah yang kemasukan air. "Banjir paling besar setinggi dada orang dewasa tapi itu di akses jalan kampung. Yang masuk ke rumah sekitar 30 persen," kata dia.

Selain merendam lingkungan pemukiman, puluhan hektare sawah di desa itu juga terendam banjir. Padahal, tanaman padi baru berusia muda, sehingga jika terendam air lebih dari dua hari bisa terancam mati.

"Warga di sini ndak bisa ke luar rumah. Kita mengandalkan stok bahan makanan yang ada untuk dimasak. Bagi yang tidak ada stok pangan seperti mi instan atau beras di rumah ya sulit masaknya karena untuk beli bahan makanan ndak bisa aksesnya," tutur dia.

Kebutuhan balita pun sulit dipenuhi jika banjir yang merendam desa itu tak kunjung surut. "Untuk saat ini kebutuhan yang mendesak makanan siap saji atau logistik untuk makanan, dan perlengkapan bayi," katanya.

Ia berharap, hujan dengan intensitas tinggi tidak turun, sehingga banjir di desanya bisa cepat surut. Paska banjir, lanjut dia, diharapkan ada pemeriksaan kesehatan untuk warga karena rawan terkena penyakit, baik gatal-gatal, flu, batuk, dan masuk angin.

BERMAIN: Anak-anak di Desa Gebangkerep, Kecamatan Sragi, Kabupaten Pekalongan bermain air saat desa ini terendam banjir, kemarin. Hadi Waluyo.

Desa Gebangkerep sendiri merupakan desa langganan banjir setiap musim hujan. Banjir besar pernah melanda desa ini pada tahun 2007 dan 2012. Oleh karena itu, sebagian warga di desa ini sudah mengantisipasi dengan meninggikan lantai rumah mereka, agar banjir tidak masuk ke dalam rumah.

Meskipun air banjir kotor dan bisa menyebabkan gatal-gatal, puluhan anak kecil di desa itu kemarin tampak asik bermain air. Dengan menggunakan gedebok atau batang pohon pisang, anak-anak ini bermain luncuran dan asik berenang. Belum lagi ancaman bahaya binatang berbahaya, seperti kalajengking, kaki seribu, dan ular, yang banyak keluar saat banjir merendam wilayah itu.

Beberapa warga pun membuat rakit darurat agar bisa ke luar dari rumah mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. (had)

Tags :
Kategori :

Terkait