Memainkan Lakon Dewa Ruci, Ki Dalang Wihaji Ajak Warga Teladani Ajaran yang ada Didalamnya

Minggu 01-09-2019,08:30 WIB

Ki Dalang Wihaji saat menunjukan ketrampilannya dalam memainkan wayang kulit.

BATANG - Meskipun hanya tampil satu jam, namun Ki Dalang Wihaji yang juga Bupati Batang sukses menunjukan ketrampilannya dalam memainkan sejumlah wayang. Dihadapan ratusan warga yang menyaksikan pegelaran wayang kulit di Jalan Vetaran, Batang pada Sabtu (31/8/2019) Wihaji tampak terampil dan lincah memainkan wayang kulit yang digelar dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan ke 75 Republik Indoensia, bertepatan pula dengan malam Satu Suro dan 1 Muharam atau tahun Baru Islam.

Ki Dalang Wihaji dalam pentas tersebut berkolaborasi dengan Ki Utomo dan Ki Santoso dari Kabupaten Batang, dengan mengambil lakon Dewa Ruci.

"Saya pencinta wayang, ketika diminta oleh Pepadi (Persatuan Pedalangan Indonesia) Batang untuk mengawali pentas untuk menghibur masyarakat Batang, ya langsung menerima," ungkap Wihaji usai mendalang.

Pentas ini menjadi pengalaman kali kedua bagi Wihaji sendiri, dan meskipun durasinya hanya satu jam, namun memainkan wayang dengan lakon Dewa Ruci lebih pada mengkampanyekan kecintaanya terhadapa budaya. Harapannya, budaya tradisional, termasuk wayang kulit bisa lebih digemari dan dicintai oleh masyarakat, karena keberadaanya mulai tergeser dengan budaya lain.

"Zaman perwalian, wayang dijadikan sebagai media dakwah dengan filosofi kehidupan kita sehari - hari. Dan dari lakon Werkudoro, Gatot Kaca dan Sengkuni ada di kehidupan kita, maka pendekatan perubahan yang paling pas yakni budaya," jelas Wihaji.

Tidak dipungkuri kemajuan zaman diera revolusi industri yang semakin kompetitif, kalau tidak ada yang melestarikan seni buadaya sebagai kearifan lokal akan hilang dari peradaban.

"Oleh keran itu, melalui Organisasi Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI) Kabupaten Batang, Pemkab melakukan pembinaan kepada calon-calon dalang muda agar lebih kreatif dan tidak monoton,sehingga dapat diterima oleh kaum milenial," jelasnya

Wihaji juga menjelaskan Dewa Ruci adalah nama seorang dewa kerdil (mini) yang dijumpai oleh Bima atau Werkudara dalam sebuah perjalanan mencari air kehidupan untuk menjaga kedamaian dengan simbul banyu suci prawitosari.

"Lakon ini mengajarkan agar masyarakat hidup tidak sekadar mlaku (bergerak). Namun juga harus didasari lelaku (olah rasa dan batin). Karena semua itu, berkaitan dengan Yang Maha Kuasa. Setiap gerak dalam kehidupan bukan hanya perpindahan fisik. Tidak hanya berdasar pada hitungan rasio. Namun ada laku batin dan olah rasa karena semua perbuatan pasti ada pertanggungjawabannya," tandas pria yang juga Pengurus Pepadi Provinsi Jawa Tengah. (red/hmb)

Tags :
Kategori :

Terkait