RADARPEKALONGAN.CO.ID - 9 Orang warga Pekalongan tertinggal kereta api Whoosh Stasiun Padalarang.
Awalnya keluarga besar mereka mau liburan dan mencoba cepatnya kereta api Whoosh. Nahasnya, mereka tidak sadar kalau kereta sudah berangkat, sementara mereka masih foto-foto.
Melihat kejadian tersebut salah seorang di antara mereka mengambil inisiatif untuk memesan untuk keesokan harinya. Namun karena grogi, akhirnya tidak melihat tanggal. Tiket yang mereka beli untuk hari lusa.
Juru bicara keluarga Diah Kusumoningrum menceritakan, kejadian tersebut terjadi pada tanggal 25 Desember tahun lalu. Keluarga besarnya berlibur akhir tahun sekaligus liburan sekolah.
Perjalanan dimulai dari Pekalongan menuju Bandung menginap di hotel. Keesokan harinya menuju stasiun kereta Whoosh di Stasiun Tegalluar Summarecon Padalarang.
Itu pun perlu perjuangan karena harus memakai kereta pengantar KA Feeder dari stasiun Bandung menuju Stasiun Whoosh. Namun karena gagal berangkat, akhirnya harus bersabar dan mengeluarkan budget menginap hotel lebih banyak lagi.
"Di stasiun tidak ada petugas yang mengarahkan penumpang. Bahkan ketika kami sudah sampai tidak ada pemberitahuan sama sekali. Padahal kereta Whoosh kan barang baru. Mestinya PR-nya agak cerewet memberitahu penumpang," ujar Diah agak kesal ketika diwawancara baru-baru ini.
"Yang paling kaget dan tidak bisa menerima tertinggalnya naik kereta adalah anak saya yang kecil, Dafa kelas 2 SD. Daffa sampai menangis. Dia niat banget ingin naik kereta," katanya.
Dari balita sudah suka banget mendengar suara kereta dan melihat gerbong kereta.
Dua hari kemudian, tiba saatnya naik kereta Api Whoosh. Tidak ada foto-foto, tidak banyak ngobrol. Pandangan fokus ke pintu masuk, langsung scan boarding dan masuk ke dalam kereta.
Tiba di stasiun Whoosh di Jakarta yaitu di stasiun Halim Perdanakusumah sekitar 40 menit. Sebenarnya waktu 40 menit tidak bisa menikmati perjalanan karena terlalu cepat tiba.
Tidak terlalu banyak yang dilihat di sana, mereka 9 orang langsung menuju stasiun Gambir untuk pulang ke Bandung.
"Kalau pulangnya naik Whoosh lagi, kami bisa tekor. Akhirnya diputuskan pulangnya via Gambir ke Bandung menggunakan kereta Parahyangan," tutur Diah Kusumoningrum yang juga PR Hotel Parkside Mandarin.
"Ini pengalaman yang tidak pernah terlupakan. Dulu ketika terjadi kami sangat sedih dan menyesal. Tapi sekarang, setiap bercerita, kami selalu mentertawakan diri kami sendiri," ujarnya sambal tertawa. (sep)