"Tidak harus dengan cara pemasungan. Nah, bagaimana pengobatan-pengobatan, pendampingan-pendampingan, terhadap ODGJ ini penting untuk diketahui masyarakat luas, termasuk keluarganya," katanya.
Hendra mengungkapkan, ini kan sebenarnya tinggal bagaimana mengelolanya saja. Bisa dengan proses obat-obatan dan rehabilitasi.
"Prosesnya ini kan nanti menjadi bagian proses pemilihan terhadap ODGJ, agar bisa kembali ke lingkungan keluarga dan masyarakatnya," ungkapnya.
Oleh karena itu, pihaknya mendorong agar mereka itu bisa hidup bersama di lingkungan masyarakat, di lingkungan keluarganya, secara sehat, secara tepat. Tidak dengan cara pemasungan-pemasungan yang tentunya ini melanggar hak-hak asasi dari ODGJ sebagai manusia.
"Kondisi untuk ODGJ yang dibawa kan kita lihat secara screening atau asesmen awal. Nanti, kita lakukan asesmen lanjutannya, dari sisi kesehatan, sisi psikologis nya juga," ucapnya.
Tapi yang dilihat, ODGJ ini sudah terlalu lama juga dipasung. Bahkan, ada yang sampai belasan tahunan juga.
"Malah ada yang lebih dari sepuluh tahun. Sehingga ada yang sampai tak mampu berkomunikasi, berinteraksi, karena sudah terlalu lama dipasung, Bahkan ada yang pemasungannya secara fisik juga, sehingga ada kekakuan-kekakuan yang untuk aktivitas sudah tidak mampu, bahkan untuk berdiri saja," imbuhnya.
Pihaknya menambahkan, tiga ODGJ ini dibawa dulu ke rumah sakit jiwa untuk dilakukan pemeriksaan. Karena, semua yang dipasung ada masalah fisik juga, selain mentalnya.
Tidak hanya itu, mereka sudah hampir tidak pernah berinteraksi, berkomunikasi. Oleh karenanya dibawa rumah sakit dulu, sampai dengan pemantauan, dan melihat hasil asesmen serta diagnosanya.
"Kemudian ketika memang sudah siap dikembalikan, bisa jadi nanti kita bawa ke Sentra dulu, atau ke panti. Lalu, kita berikan bimbingan lagi untuk bagaimana nanti kalau kembali lagi ke lingkungan masyarakat."
Kakak sepupu Nur Idayati, Manisa (38), menyampaikan, adiknya mengalami gangguan jiwa itu sejak kelas 2 SMA.
"Dia awalnya normal saja. Tapi kemudian halusinasi, seperti punya dunia sendiri, bilang melihat ini, melihat itu. Terus ketakutan," katanya.
Menurutnya, untuk penyebabnya adiknya seperti itu ia tidak mengetahui.
Dikatakan, keluarga sudah pernah membawa adiknya berobat dan periksa di Semarang sebanyak dua kali namun masih tetap. "Sudah berobat jalan. Terakhir ke Magelang. Terus pulang, kumat lagi," ucapnya.
Ia menambahkan, adiknya ditali menggunakan tali tambang kecil itu sekitar 15 tahun.
"Tapi, hari-harinya diam gak pernah ngomong apa-apa, diam saja. Tapi, Kalau kita kasih makan, ya dimakan. " (Yon)