Tim di Balik Layar Pengujian Sampel COVID-19 di Jabar

Rabu 22-04-2020,10:51 WIB

Petugas laboratorium maupun relawan non medis di Balai Pengembangan Labkesda Jabar berkoordinasi dalam upaya percepatan penanggulangan COVID-19 di Jabar. (Foto: Humas Jabar)

BANDUNG -- Seorang warga di Kota Bandung sebut saja bernama 'D' diambil sampel swab (usap) untuk memastikan apakah dirinya positif COVID-19 dengan metode Real Time Polymerase Chain Reaction (PCR).

Begitu sampel 'D' diterima oleh Balai Pengembangan Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Provinsi Jawa Barat (Jabar), berbagai tahap pemeriksaan mulai dari ekstraksi, Real Time PCR, hingga interpretasi dilakukan.

Setelah verifikasi dan validasi, sampel 'D' dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Jabar dengan 'D' dinyatakan negatif. Dari contoh proses itulah, ribuan 'D' lainnya pun bisa mendapatkan penanganan yang tepat dari rumah sakit maupun pemerintah.

Dan, nasib ribuan 'D' itu berawal dari pekerjaan tangan-tangan para ahli yang ada di balik kaca laboratorium mikrobiologi Labkesda Jabar, salah satunya adalah Kepala Laboratorium Genetika dan Bioteknologi Molekular Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB Azzania Fibriani S.Si.,M.Si.,Ph.D.

"Tes diagnostic (di laboratorium) itu membantu manajemen pasien, apakah pasien itu bisa pulang atau dirawat lagi? Apakah orang ini harus masuk rumah sakit atau bisa isolasi di rumah?" ucap Azzania saat ditemui di Labkesda Jabar, Kamis 9 April 2020.

"Sebetulnya (pekerjaan) kami membantu sekali (terhadap) nasib pasien walaupun kami di balik layar."

"Teman-teman di sini pun yakin itu akan berguna bagi orang tersebut. Kami berupaya menghasilkan hasil yang valid supaya bisa digunakan rumah sakit atau Dinas Kesehatan untuk menangani pasien tersebut," tambah sosok yang akrab disapa Nia itu.

Bersama 17 orang lainnya dari Labkesda Jabar, ITB, RSUP Dr. Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, tim gabungan yang bekerja di Labkesda Jabar tersebut siang dan malam berkutat dengan RNA, reagen PCR, tabung-tabung juga komputer.

Rutinitas itu memang 'makanan' sehari-hari bagi Nia dan ahli biologi lainnya. Laboratorium pun bisa dibilang adalah rumah kedua mereka.

Namun, yang berbeda kali ini adalah pekerjaan mereka menjadi fondasi sekaligus kunci dalam percepatan penanggulangan penyakit COVID-19, yang hingga kini belum ditemukan vaksin untuk melawan virus SARS-CoV-2 itu.

"Karena (hasil lab) betul-betul menentukan tindakan lanjut untuk orang, maka kami juga bekerja sangat hati-hati, oleh karena itu ada kontrol di setiap tahap. Kita tidak bisa mengeluarkan hasil negatif, jika internal control-nya tidak keluar," kata Nia.

"Kami lebih baik tidak tahu (identitas) sampel itu datang dari mana, mau orang terkenal, mau orang tidak terkenal, semua kami treatment sama. Dari situ kami yakin hasilnya bisa valid, jadi tidak ada perlakuan khusus untuk sampel. Jadi yang kami kerjakan tidak ada bias," tegasnya.

Meski menjadi salah satu sosok sentral dari ITB di tim gabungan ini, Nia tidak menampik bahwa pekerjaannya ini cukup menguras fisik dan fokus.

"Semua orang work from home, tapi kami harus kerja di laboratorium. Apalagi sekarang anak kelas online, jadi kami (yang di lab) tidak bisa mengurus (anak yang belajar dari rumah)," tuturnya.

"Kita pun belum tahu puncak (pandemi COVID-19 di Jabar) di mana, jadi memang endurance (ketahanan) itu sangat diperlukan untuk kerja di lab, karena kami tidak tahu kerja sampai kapan," ujar Nia.

Tags :
Kategori :

Terkait