Santri, Petani, hingga Mantan Napi di Batang Dirikan Perusahaan Hadapi Gempuran Industri
DIRIKAN - Santri, Petani, dan Mantan Napi di Batang mendirikan perusahaan perseroan bernama PT Batang Amakita.-Radar Pekalongan/Novia Rochmawati-
BATANG – Munculnya kawasan industri berskala besar di Kabupaten BATANG, Jawa Tengah, memicu gerakan akar rumput dari kelompok-kelompok masyarakat yang selama ini hidup berdampingan dengan alam.
Alih-alih menolak, mereka memilih bersikap adaptif dengan mendirikan perusahaan perseroan bernama PT Batang Amakita.
Di balik berdirinya perusahaan ini, terdapat semangat gotong royong dari komunitas petani, buruh, santri, hingga mantan narapidana. Organisasi pendirinya pun mencerminkan keragaman. Omah Tani yang mewadahi pergerakan petani lokal, Serikat Pekerja Nasional (SPN) sebagai representasi buruh, Komunitas Kampung Hijrah dari kalangan santri, serta Barisan Rakyat Batang (BARA) yang digagas para mantan narapidana.
“Batang yang agraris akan berubah drastis menjadi kawasan industri. Jika tidak diantisipasi dengan bijak, gelombang ekonomi baru ini justru bisa memunculkan ketimpangan baru,” ujar Direktur PT Batang Amakita, Gotama Bramanti, dalam keterangan tertulis, Rabu (25/6/2025).
BACA JUGA:Bupati Batang Beri Hadiah Sepeda Motor untuk Desa Tercepat Lunas PBB
Pembentukan perusahaan ini, menurut Bramanti, bukan sekadar reaksi spontan, melainkan hasil dari proses panjang refleksi sosial dan ekonomi. Ia menyebut PT Batang Amakita sebagai “alat dari manifesto sosial rakyat Batang”—sebuah bentuk adaptasi profesional yang memungkinkan warga lokal ikut merasakan manisnya pertumbuhan ekonomi.
Tak ingin hanya menjadi penonton di tengah derasnya arus investasi dan industrialisasi, komunitas akar rumput ini mengambil sikap. Mereka menyadari bahwa sekadar menyebut diri sebagai “warga asli Batang” tidak cukup untuk bertahan dalam era baru.
“Ini adalah ihtiar kami, agar tidak tersingkir. Kami ingin berperan, bukan hanya jadi penonton,” lanjut Bramanti.
BACA JUGA:90 Persen PAUD di Kabupaten Batang Berstatus Swasta, Failasuf Faiz: Dari 715 hanya 14 yang Negeri
Ia menambahkan bahwa pendirian PT Batang Amakita juga berangkat dari kesadaran bahwa perubahan tidak pernah terjadi secara instan. Perlu ketahanan, kesabaran, serta pengalaman panjang dalam menghadapi tantangan sosial dan ekonomi.
Dalam pesannya, Bramanti mengutip tokoh revolusioner Che Guevara yang mengatakan bahwa revolusi bukanlah apel yang jatuh ketika matang. Perubahan, katanya, perlu diperjuangkan.
“Perubahan tidak datang dengan sendirinya. Ia menuntut tindakan aktif dari orang-orang yang menginginkannya. Dan inilah bentuk aksi kami,” tandasnya. (Nov)
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:

