Kesal hingga Trauma Makin Banyak Kasus Kecelakaan di Pantura, Warga Batang Minta Pembatasan Truk Sumbu Tiga
Meskipun sudah ada pembatasan, namun masih banyak truk sumbu tiga ke atas yang melintas di jalur Pantura wilayah Batang Kota hingga Pemalang.-Istimewa -
BATANG — Kasus kecelakaan lalu lintas (laka lintas) di jalur Pantura Batang makin meningkat. Hal ini menimbulkan kekesalan hingga trauma bagi masyarakat Batang, khususnya yang beraktivitas di wilayah jalur Pantura.
Seperti yang dirasakan Risqi, warga kelurahan Proyonanggan Tengah Kecamatan Batang. Ia sampai trauma melintasi Pantura lantaran kerap menyaksikan kecelakaan maut di jalur Pantura.
Ia menyaksikan langsung seorang pengendara sepeda motor tewas mengenaskan usai kehilangan keseimbangan karena jalan bergelombang, lalu tertabrak truk sumbu tiga yang melintas dari arah belakang.
BACA JUGA:Dinas Kesehatan Batang Sebut Menu MBG SDN Watesalit 1 Masih Layak Konsumsi
“Saya lihat sendiri waktu di depan alun-alun, motor itu oleng karena jalan bergelombang. Begitu jatuh, langsung diterima truk sumbu tiga dari belakang. Orangnya meninggal di tempat,” tuturnya.
Menurutnya, truk besar seharusnya tidak melintas di kawasan kota pada jam-jam ramai karena membahayakan pengguna jalan lain.
“Sekarang jalan sudah banyak yang bergelombang. Paling tidak truk sumbu tiga itu lewatnya malam saja, jam 9 ke atas. Kalau siang, mending lewat tol saja,” tambahnya.
Keluhan serupa disampaikan Rochma, warga Desa Candiareng, Kecamatan Warungasem, yang sering melewati jalur Pantura untuk bekerja.
“Jalan di Pantura itu sudah parah. Sering kejeglong, shockbreaker motor sampai rusak. Kalau pas ramai, ngeri banget ketemu truk-truk besar,” keluhnya.
Menanggapi keresahan warga, Wakil Bupati Batang Suyono menegaskan langkah pembatasan ini penting untuk menjaga keselamatan warga sekaligus mengurangi kerusakan jalan.
“Sumbu tiga ini memang perlu diberi pembatasan khususnya saat jam-jam ramai. Kepadatan luar biasa bisa memicu kecelakaan. Jadi, Batang kota sebaiknya steril dari sumbu tiga di waktu tertentu,” tegas Suyono.
Ia menambahkan, truk dari arah Pekalongan bisa keluar di Exit Tol Kandeman, sedangkan yang menuju Pemalang atau Pekalongan diarahkan menggunakan tol agar tidak masuk kota.
“Kita tidak menyalahkan sopir truk, tapi setidak-tidaknya ini bisa mengurangi risiko tinggi. Apalagi pemerintah sudah memberi solusi—lewat tol dapat diskon 20%. Itu luar biasa,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:

