Hidupkan Budaya Literasi, Guru dan Pelajar SMAN 1 Wiradesa Baca Buku Bersama
Budayakan literasi, pelajar dan guru di SMAN 1 Wiradesa membaca buku bersama di lapangan sekolah sebelum pelajaran dimulai pada Jumat pagi, 23 Mei 2025.-Hadi Waluyo-
KAJEN, RADARPEKALONGAN.CO.ID - Hidupkan literasi di sekolah, SMAN 1 Wiradesa Kabupaten Pekalongan menelurkan sejumlah program menarik. Mulai dari membaca buku sebelum pelajaran dimulai, 'one class, one book', 'ono teacher, one story' hingga membaca buku bersama di lapangan sekolah.
Pemandangan berbeda tampak di lapangan SMAN 1 Wiradesa, Jumat pagi, 23 Mei 2025. Seluruh siswa duduk berhadapan di lapangan. Mereka memegang sebuah buku di tangannya.
Lalu, para pelajar secara bersama-sama membaca buku yang dibawanya dari rumah. Buku yang dibawa harus buku nonpelajaran, bisa fiksi maupun nonfiksi. Ada yang baca komik, novel, buku ilmu pengetahuan, buku religi dan lainnya.
Di sudut-sudut kursi taman, para guru pun tampak ikut membaca buku yang dibawanya dari rumah. Semuanya asik membaca di tengah lingkungan sekolah yang asri.
Kepala Sekolah SMAN 1 Wiradesa, Heti Puryanti, mengatakan, di SMAN 1 Wiradesa setiap hari, sebelum pelajaran dimulai, selalu diawali menyanyikan lagu Indonesia Raya, membaca Alquran, dan literasi membaca buku.
"Literasi ini nanti ada duta literasi yang keliling kelas untuk mengecek anak-anak yang membawa buku dari non buku pelajaran. Itu secara rutin sebelum pelajaran dimulai," kata dia.
Di SMAN 1 Wiradesa, lanjut dia, ada juga program 'one class, one book'. Setiap kelas, membuat satu buku. Setiap siswa membuat tulisan sesuai dengan tugas dari sekolah. Tulisan anak ini nanti dibuat satu buku di setiap kelasnya.
"Ini Alhamdulillah 'one class, one book' sudah kami lakukan selama dua tahun," ucap dia.
Menurutnya, tidak hanya siswa yang membuat buku. Guru pun membuat tugas yang akhirnya dibentuk menjadi sebuah buku.
"Tujuan kami dengan adanya literasi ini yang jelas ingin membudayakan anak gemar membaca, apalagi anak saat ini cenderung nyaman membaca dari Hp dibandingkan dengan membaca buku. Maka kami budayakan, anak pada saat literasi tidak boleh baca buku secara digital. Harus baca buku yang dibawa," ujarnya.
Dikatakan, dengan membaca buku, anak akan cenderung memahaminya lebih mudah dibandingkan membaca secara digital. Kebiasaan ini juga melatih anak-anak untuk gemar membaca, karena di kegiatan belajar mengajar yang dipelajari buku fisik.
"Jadi ini benar-benar melatih anak dalam literasi, meningkatkan daya ingat dari siswa," katanya.
Di tengah kemajuan teknologi, pelajar masih diperbolehkan mengakses handphone, namun dengan batasan-batasannya. "Anak-anak selama ini kita sarankan tidak menggunakan Hp tapi ada mata pelajaran tertentu yang menggunakan Hp, jadi perkembangan tetap diikuti tapi dengan batasan-batasan," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:

