Tradisi Suronan Penuh Makna di Padepokan Mbah Suryo Buono Kajen
Anak-anak tengah khidmat menyanyikan lagu kebangsaan di padepokan Suryo Buono.-Istimewa -
KAJEN - Suronan merupakan tradisi masyarakat Jawa yang telah berlangsung secara turun-temurun. Namun, ada yang unik dari prosesi Suronan yang digelar di Padepokan Mbah Suryo Buono di Kecamatan KAJEN, Kabupaten Pekalongan.
Padepokan Mbah Suryo Bono memang merupakan pusat kegiatan masyarakat sekitar saat suronan tiba. Tahun ini, tradisi suronan diselenggarakan dengan sentuhan spiritual dan budaya yang khas.
Ratusan anak laki-laki dan perempuan tampak antusias memenuhi ruang tengah padepokan pada Kamis malam, 17 Juli. Mereka, yang datang dengan semangat, adalah warga Desa Pekiringanalit, Kajen.
Terasa suasana khidmat menyelimuti ruangan. Anak-anak berdiri tegak dengan wajah penuh semangat.
Prosesi dibuka dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, dilanjutkan dengan Halo-Halo Bandung. Mbah Sur, sapaan akrab Mbah Suryo Buono, juga mempimpin hadirin menyanyikan lagu Garuda Pancasila. Ia mengenakan pakaian serba putih yang menjadi ciri khasnya.
BACA JUGA:PKB dan PCNU Kabupaten Pekalongan Kompak Tolak 5 Hari Sekolah, Termasuk Uji Coba Juga Ditolak
BACA JUGA:Pemkab Pekalongan Usulkan Perubahan APBD 2025, Fokuskan Efisiensi dan Pelayanan Publik
Setelah itu, Mbah Sur terlihat membagikan uang kepada anak-anak yang hadir. Momen ini sepertinya menjadi bagian yang paling dinanti oleh anak-anak. Terpancar raut-raut wajah yang sumringah Ketika mereka menerima uang dari Mbah Sur.
Acara berlanjut dengan pembacaan doa tahlil yang dipimpin oleh tokoh agama setempat. Puluhan warga dari lingkungan padepokan turut serta dalam ritual ini. Setelah doa keselamatan dipanjatkan, pembagian nasi berkat pun dimulai. Bubur suro lengkap dengan lauk ikan teri dan kacang tanah dibungkus daun pisang menjadi rebutan warga.
Menurut Mbah Sur, suronan adalah tradisi sakral yang dilakukan setiap bulan Muharram atau bulan Suro dalam kalender Jawa. Tradisi ini merupakan perpaduan antara nilai-nilai spiritual dan budaya. “Tujuannya untuk memanjatkan syukur, mengenang para leluhur, dan memohon keselamatan”, ungkap Mbah Sur. Menurutnya, nilai-nilai tersebut sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat Jawa hingga kini.
Dalam penjelasannya, Mbah Sur juga menekankan pentingnya menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila. Ia mengingatkan bahwa Pancasila adalah pondasi kehidupan berbangsa dan bernegara. Ia menjelaskan, menjaga nilai-nilai Pancasila berarti menjaga keutuhan budaya dan moral bangsa. Ia merasa kuatir akan dampak buruk yang mungkin terjadi bila nilai-nilai tersebut dilupakan oleh generasi muda.
Kemudian, Mbah Sur menyampaikan petuah tentang pentingnya sikap jujur dalam kehidupan sehari-hari. Kejujuran, menurutnya, bukan hanya berarti tidak berbohong. Lebih dari itu, jujur berarti tulus dalam niat dan perbuatan. Seorang yang jujur selalu berusaha menyelaraskan hati dan tindakan.
“Banyak pejabat masuk bui karena tidak jujur dalam menjalankan tugas,” ujarnya, tegas. Ia mengingatkan bahwa negara tidak akan menjadi makmur jika pemimpinnya tidak menjunjung tinggi nilai kejujuran.
Acara malam itu ditutup dengan prosesi mandi bersama di sungai yang mengalir tak jauh dari padepokan. Sungai tersebut dipercaya memiliki nilai sakral bagi warga sekitar. Prosesi ini menjadi simbol pembersihan jiwa dan penyatuan diri dengan alam.(jun)
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:

