Disway award
iklan banner Honda atas

Ular Cincin Emas Masuk Dapur, Warga Pesona Griya Karanganyar Resah

Ular Cincin Emas Masuk Dapur, Warga Pesona Griya Karanganyar Resah

Ular cincin emas masuk ke rumah warga di Perumahan Pesona Griya Karanganyar.-Hadi Waluyo-

Pada Senin siang, 10 November 2025, penghuni rumah yang dimasuki ular pulang. Setelah dilakukan pencarian, ular itu ternyata berada di bawah meja. ular akhirnya bisa dievakuasi oleh warga.

"Dari coraknya memang seperti ular welang, namun dilihat dari bentuk cincin kuningnya yang lebih tipis, ular ini jenis tali wangsa. Kerap masuk rumah warga dan memangsa burung yang disangkar," kata Bihin, warga Pesona lainnya. 

Sebelumnya diberitakan, climate change atau perubahan iklim merupakan salah satu pemicu merebaknya ular, termasuk di lingkungan pemukiman. Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk lebih mewaspadai bahaya gigitan ular.

Imbauan itu disampaikan pakar toksinologi dari Kementerian Kesehatan RI, Dr. dr. Tri Maharani, saat kunjungannya di Pekalongan, baru-baru ini. Menurutnya, kasus gigitan ular di Indonesia adalah kasus yang sangat tinggi, namun terabaikan.

Menurutnya, ular saat ini ada di mana-mana, termasuk masuk ke kamar tidur, akibat adanya perubahan iklim (climate change).

"Sekarang ini musim panas tetapi jadi musim hujan, membuat kehidupan dari ular dan manusianya sendiri mengalami perubahan. Dulunya dalam kondisi seperti ini, misalnya, ular enggak ada di mana-mana ternyata sekarang jadi ada di mana-mana menjadi sebuah ancaman kayak gitu. Itu memang kondisi climate change yang harus kita sadari," ujar dia.

Oleh karena itu, untuk mengantisipasi bahaya ancaman gigitan ular, maka harus tahu pertolongan pertama yang benar pada kasus gigitan ular.

Menurutnya, penanganan yang benar itu bukan diikat, bukan disedot, bukan dikeluarkan darahnya, bukan diberi air panas, bukan juga dikasih lulur, atau barang-barang herbal.  

"Karena semuanya itu justru membuat delay dari pengobatan itu. Jadi harus digunakan first aid atau penanganan awal yang benar yaitu imobilisasi, membuat tidak bergerak bagian yang digigit ular, karena ternyata kontraksi otot-otot itu menyebabkan sebuah aktivasi dari pompa kelenjar getah bening. Sementara si racun sendiri itu lewatnya kelenjar getah bening, bukan pembuluh darah," terang dia.

Diterangkan, imobilisasi itu membuat korban tidak bergerak di bagian yang digigit ular. Contohnya, digigit ular di tangan. Maka, imobilisasinya adalah membuat tangan tidak bergerak, seperti saat tangan mengalami patah tulang.

"Jadi dari ujung jari sampai sendi enggak bergerak. Dikasih misalnya papan, dikasih kardus, pokoknya sesuatu yang rigid, bambu atau digendong pakai apa selendang pokoknya membuat tidak bergerak," kata dia.

"Kalau di kaki, ya digendong, ditaruh di tandu, pokoknya dia tidak bergerak. Karena kontraksi otot-otot akan mengaktifkan pompa kelenjar getah bening, sehingga venom yang ada di bekas gigitan tuh dengan cepat menyebar. Nah kalau itu salah, akan membuat dengan cepat menyebar," lanjutnya.

Setelah memahami pertolongan pertama, tata laksana di dunia medisnya juga harus diperhatikan. Di dunia medis, kata dia, untuk tata laksana gigitan ular adalah sesuatu yang baru dan memang tidak diajarkan di kurikulum pendidikan perawat, bidan, dokter, bahkan di dokter spesialis.

"Saya kan sudah membuat buku pedoman tiga ya, mulai pedoman WHO 2016, pedoman pertama gigitan hewan berbisa, tumbuhan dan jamur beracun tahun 2022, sama pedoman keracunan alami dan nonalami tahun 2024," ujar dia. 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: